Dalam buku berjudul ‘Maulana Syekh
Muhammad Arsyad al-Banjari (Tuan Haji Besar)’, dinyatakan bahwa Guru Sekumpul
telah mendapatkan sanad berbagai bidang ilmu dan tarekat dari berbagai orang
guru, salah seorang di antaranya adalah dari K.H. Falak Bogor. Bahkan dikatakan
pula bahwa K. H. Falak Bogor adalah “Guru Khusus dan guru pertama secara
rohani” dari Guru Sekumpul: “Guru pertama secara rohani Guru sekumpul adalah
Al-‘Alimul ‘allamah Ali Junaidi (Berau) bin ‘Alimul
Fadhil Qadhi H. Muhammad Amin bin ‘Alimul ‘allamah Mufti H. Jamaluddin bin
Syekh Muhammad Arsyad, dan ‘Alimul ‘allamah H. Muhammad Syarwani Abdan
(Bangil). Kemudian ‘Alimul ‘allamah H. Muhammad Syarwani Abdan menyerahkan
kepada Kyai Falak Bogor dan seterusnya Kyai Falak menyerahkan kepada ‘Alimul
‘allamah Asy-Syekh As-Sayyid Muhammad Amin Qutby, kemudian beliau menyerahkan
kepada Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari yang selanjutnya langsung dipimpin oleh
Rasulullah Saw (Abu Daudi, 1996: 145-146).
Siapakah K.H. Falak Bogor? Tulisan
singkat ini mencoba membutiri kembali informasi tentang sosok K.H. Falak Bogor.
Semasa hidupnya, K.H. Falak Bogor atau
populer dengan sebutan Abah Falak dikenal sebagai seorang ulama yang dermawan.
Banyak orang yang datang kepada beliau untuk meminta tolong dan beliau selalu
memberikan pertolongan kepada orang-orang yang meminta pertolongan. Abah Falak
juga dikenal sebagai seorang ulama besar yang kharismatik dan memilki kedalaman
ilmu serta pengaruh yang sangat luas. Beliau tidak hanya ahli zikir dan Ilmu
Tarekat, akan tetapi juga ahli dalam Ilmu Kasyaf dan Falak. Itulah sebabnya,
berkat kepintaran dalam cabang Ilmu Kasyaf dan Falak, oleh Syekh Sayyid Afandi
Turqi di Mekkah, beliau diberikan gelar ‘falak’, hingga kemudian gelar itu
populer dan melekat pada nama beliau.
Nama sebenarnya dari Abah Falak yang
dilahirkan di Pandeglang Banten pada tahun 1842 M – 1258 H ini adalah Tubagus
Muhammad. Ayahnya bernama K.H. Tubagus Abas dikenal sebagai seorang ulama besar
di Banten dan pendiri Pondok Pesantren Tabi. Sedangkan ibunya bernama Ratu
Kuraisin. Berdasarkan garis silsilah dari ayahnya, Abah Falak berasal dari
keturunan keluarga besar kesultanan di Banten. Itulah sebabnya kenapa di depan
namanya memakai gelar kebangsawanan Banten, ‘Tubagus’ sebagaimana pula nama
ayahnya. Bahkan merujuk kepada silsilah keluarganya, Abah Falak masih
keturunan dari salah seorang walisongo, yakni Syarif Hidayatullah (Sunan
Gunung Djati).
Sejak kecil, Abah Falak dikenal sebagai seorang yang sangat mencintai ilmu dan gigih dalam belajar. Dia mulai mendapat pendidikan agama yang ketat dari ayahnya dalam bidang bidang baca tulis Alquran dan akidah Islam. Pelajaran agamanya semakin bertambah seiring dengan bertambahnya usia. Oleh ayahnya ia juga diajarkan ilmu tarekat. Dalam usia yang masih muda, Abah Falak sempat mengembara selama 15 tahun untuk menggali dan menuntut ilmu ke beberapa ulama besar yang ada di daerah Banten dan Cirebon.
Pada tahun 1857, ketika berusia 15
tahun, oleh ayahnya, Abah Falak diberangkatkan ke Mekkah untuk belajar dan
memperdalam ilmu agama kepada sejumlah ulama besar ketika itu. Di antaranya,
sanad Ilmu Hadits diterima dari Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani al-Jawi. Syekh
Nawawi adalah ulama besar Indonesia yang mukim dan mengajarkan ilmu di Mekkah.
Karena itu, kebanyakan ulama besar Indonesia pada masa itu pernah berguru dan
menuntut ilmu kepada beliau. Salah seorang ulama besar yang juga menjadi murid
beliau dari Syekh Abdurrahman Siddiq al-Banjari (mufti Kerajaan Indragiri Riau)
yang merupakan cicit (keturunan keempat atau kelima) dari Syekh Muhammad Arsyad
al-Banjari. Dengan demikian, Syekh Abdurrahman Siddiq pernah berguru (seguru)
dengan Abah Falak. Kemudian, sanad Ilmu Khasyaf dan Falak diterima dari Syekh
Sayyid Afandi. Abah Falak juga sempat berguru kepada Syekh Abdul Karim dan
beberapa ulama besar lainnya yang ada di Jazirah Arab.
Selama menuntut ilmu di Mekkah, Abah
Falak tinggal bersama Syekh Abdul Karim, dan dari Syekh Abdul Karim ini beliau
mendapatkan kedalaman Ilmu Tarekat dan Tasawuf. Bahkan kemudian, oleh Syekh
Abdul Karim yang dikenal sebagai seorang Wali Agung dan ulama besar dari tanah
Banten yang menetap di Mekkah ketika itu, Abah Falak dibai’at hingga mendapat kepercayaan
sebagai mursyid (guru besar) dalam
tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah.
Setelah mukim kurang lebih 21 tahun di
Mekkah dan menuntut berbagai cabang ilmu agama dari banyak ulama, pada tahun
1878, Abah Falak kembali ke tanah air. Sebelum mendirikan Pesantren Al-Falak
Pagentongan, selama beberapa pekan K.H. Falak tinggal di tempat kelahirannya
Pandeglang Banten dan mendapat kepercayaan untuk memimpin pesantren ayahnya.
Kemudian, setelah dikawinkan dengan Hj. Fatimah (putri K.H Romli) yang berasal
dari Pagentongan, Abah Falak kemudian pindah ke Pagentongan. Di sinilah beliau
kemudian mendirikan masjid dan pondok pesantren ‘Al-Falak‘ desa Pagentongan
pada tahun 1901.
Setelah mengabdikan ilmunya kepada
masyarakat luas, memperjuangkan dakwah, dan mendidik umat, Abah Falak wafat
pada tahun 1972, dalam dalam usia kurang lebih 130 tahun. Beliau dimakamkan di
areal komplek pemakaman Pondok Pesantren Al-Falak yang berlokasi tidak jauh
dari masjid Al-Falak, desa Pagentongan, Bogor Barat. Beliau meninggal karena sakit
ringan. Ketika wafat, banyak ulama dan Habaib dari berbagai daerah yang datang
bertakziah, menshalatkan, dan ikut mengantarkan beliau ke kubur.
Pengabdian dan jerih payah Abah Falak sebagai seorang pendidik, telah banyak melahirkan santri-santrinya menjadi ulama yang kemudian meneruskan jejaknya dengan mendirikan majelis-majelis taklim, pondok pesantren, madrasah-madrasah dan berbagai lembaga ilmu pengetahuan Islam, tersebar tidak hanya di daerah Jawa Barat, tetapi juga diberbagai wilayah lainnya di Indonesia, bahkan sampai ke mancanegara. Ketinggian ilmu, kelembutan bahasa, dan kebaikan budi pekerti Abah Falak membuat beliau dikagumi oleh semua orang. Wajar jika banyak tuan guru dan ulama yang menyauk ilmu kepada beliau.
Sesudah anda berziarah ke Sekumpul Martapura dan kemudian mengikuti wisata religius ke daerah Banten, Cirebon, Bandung, Bogor, dan sekitarnya, saya sarankan agar tidak lupa untuk berziarah pula ke Pondok Pesantren Al-Falak dan makam Abah Falak, yang terletak di desa Pagentongan Bogor Barat, berjarak lebih kurang 5 Km dari pusat Kota Bogor.
(Teriring Salam takzhim untuk Guru H. M. Irsyad Zein, Dalam Pagar
Martapura)