Oleh: Abdullah (Mahasiswa Ma’had Ali
Al-Imam Asy-Syafii Jember)
Segala
puji hanya milik Allah. Aku bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang berhak
diibadahi melainkan hanya Allah dan bahwasanya Muhammad adalah Rasulullah.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada beliau beserta keluarganya,
para shahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti petunjuknya hingga hari
kiamat.
Merupakan
sesuatu yang tidak diragukan lagi bahwasanya ilmu syar’i adalah sesuatu yang
paling dibutuhkan dalam kehidupan setiap muslim. Sebagaimana tubuh manusia
butuh kepada gizi berupa makanan, maka hatinya pun butuh kepada cahaya
iman, dan itu tidak akan didapatkan kecuali dengan ilmu syar’i. Seorang yang
memiliki ilmu tentang agamanya akan dapat membedakan mana yang bermanfaat untuk
dirinya dan mana yang tidak bermanfaat.
Rasulullah shalallahu’alahi wa
sallam bersabda :
”Barangsiapa
yang Allah kehendaki kebaikan untuknya maka Allah akan pahamkan ia tentang
agamanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kedudukan
dan keutamaan ilmu syar’i
Ilmu
syar’i memiliki beberapa keutamaan yang sangat besar baik di sisi manusia
maupun di sisi Allah.
Diantara keutamaan dan kedudukan yang terdapat dalam ilmu
syar’i adalah:
1.
Ilmu syar’i mengangkat derajat seorang hamba
Ketahuilah
wahai saudaraku, apabila engkau memiliki ilmu dalam urusan agamamu ini maka
Allah akan mengangkat derajatmu di sisi-Nya dan di sisi para hamba-Nya meskipun
engkau bukanlah seorang anak raja ataupun pejabat.
Allah berfirman:
“Allah
akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti atas apa yang
kamu kerjakan.”(Al-Mujadilah:11)
2.
Ilmu syar’i adalah warisan para nabi
Rasulullah
telah meninggal dunia. Namun demikian, beliau telah meninggalkan suatu warisan
yang sangat berharga untuk umatnya. Warisan itu tidak lain adalah ilmu syar’i.
Dengan warisan inilah umat islam akan mencapai kejayaan dan kebahagiaan di
dunia dan di akhirat.
Rasulullah shalallahu’alahi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa
menempuh perjalanan dalam rangka menuntut ilmu (syar’i) maka Allah akan
bentangkan untuknya jalan diantara jalan-jalan surga. Dan sungguh para malaikat
itu merendahkan sayap-sayap mereka bagi orang yang menuntut ilmu karena ridho
dengan apa yang ia perbuat. Dan sesungguhnya apa yang ada di langit dan di bumi
beserta ikan-ikan di lautan akan memintakan ampunan (kepada Allah) untuk
seorang yang berilmu. Dan sesungguhnya keutamaan seorang ahli ilmu atas seorang
ahli ibadah laksana keutamaan bulan purnama atas bintang-bintang. Dan
sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi. Dan sesungguhnya para nabi
tidaklah meninggalkan warisan berupa dinar dan dirham, namun mereka memberikan
warisan berupa ilmu. Maka barangsiapa mengambilnya berarti ia telah memperoleh
bagian yang besar.”(Hadist riwayat Imam Ahmad dan yang
lainnya)
3.
Mempelajari ilmu syar’I adalah termasuk ibadah
Menjadikan
sebagian besar waktu yang kita miliki untuk mempelajari tentang agama ini
bukanlah sesuatu yang sia-sia. Bahkan itu termasuk dari amal sholeh yang dapat
mengantarkan seseorang kedalam surga.
Rasulullah shalallahu’alahi wa sallam
bersabda:
“Barangsiapa
menempuh perjalanan dalam menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan
menuju surga.”(HR.Muslim)
4.
Ilmu syar’I lebih berharga daripada harta benda
Hal
itu dikarenakan ilmulah yang menjagamu dari adzab Allah, sedangkan harta yang
engkau miliki menjadikanmu letih dalam menjaganya karena takut kehilangan.
Sungguh betapa banyak manusia yang memiliki banyak harta namun hatinya
senantiasa dalam kegundahan, ia belanjakan hartanya itu untuk menghilangkan
kegundahan yang dirasakannya. Seandainnya saja ia memiliki ilmu syar’i, tentu
ia akan mendapatkan ketenangan dalam hatinya.
Wahai
saudaraku –semoga Allah merahmatimu-, setelah apa yang engkau baca dari
keutamaan-keutamaan ilmu syar’I yang mulia ini, maka aku berharap engkau
mengetahui bahwa mempelajari agama Islam yang mulia ini wajib bagi setiap
muslim dan muslimah. Karena bagaimana mungkin kita mengetahui apa yang membuat
Allah cinta kepada kita sedangkan kita tidak mau mempelajari syariat agama
ini?! Maka tumbuhkanlah semangat kalian wahai kaum muslimin untuk menuntut ilmu
syar’I dan janganlah kalian dilalaikan oleh musuh Islam dari mempelajari agama
kalian. Jangan biarkan syaitan mempermainkan agama kalian dan ia jauhkan kalian
dari ilmu yang telah Allah ajarkan melalui lisan rasul-Nya yang mulia.
Belajarlah … belajarlah … dan sisihkan waktumu untuk hadir dalam majlis ilmu.
Engkau dengarkan di sana ayat-ayat Al-Quran dibacakan, sunnah-sunnah Rasulullah
diajarkan, dan perkataan-perkataan ulama dijadikan sebagai nasihat dalam
keseharian.
Beliau
shalallahu’alahi wa sallam juga bersabda:
“Apabila
manusia menemui ajalnya maka terputuslah amalannnya kecuali tiga hal: sodaqoh
jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang sholeh.”
Sungguh
apa yang disabdakan beliau sangatlah patut untuk kita renungkan, karena ketika
seseorang telah meninggal berarti ia sudah kehilangan waktu untuk beramal
sholeh dan yang dapat ia harapkan hanyalah tiga hal ini. Padahal ketika itu ia
sangat butuh kepada amalan yang dapat menyelamatkan dirinya dari adzab Allah.
Maka pahala dari harta yang dahulu ia infaqkan akan terus mengalir kepadanya,
ilmu yang dia ajarkan kepada manusia akan menjadi simpanan akhiratnya, demikian
pula seorang anak yang sholeh akan senantiasa mendoakan ampunan untuk dirinya.
5. Perjalanan
orang-orang mulia
Barangsiapa
yang tidak mau untuk merasakan panasnya terik matahari dan keletihan dalam
menuntut ilmu syar’i niscaya dirinya tidak akan mendapatkan kemuliaan disisi
Rabbnya. Lihatlah apa yang diperbuat Ismail bin ‘Ayyasy ketika mencari ilmu,
kemuliaan dan kepemimpinan. Dia berkata, ”Aku mewarisi empat ribu dinar dari
ayahku dan aku belanjakan untuk menuntut ilmu.”
Perumpamaan
orang yang cinta terhadap ilmu bagaikan orang yang rindu kepada kekasih yang
dicintainya, sehingga ia rela untuk membelanjakan harta dan menghabiskan
waktunya untuk menuntut ilmu tersebut. Inilah Imam Muhammad bin Ishaq bin
Mandah,beliau bepergian dalam rangka menuntut ilmu di saat ia berusia 20 tahun
dan ia kembali ke kampung halamannya saat umurnya telah mencapai 65 tahun.
Beliau habiskan umurnya selama 45 tahun untuk menghadiri majelis-majelis ilmu
dan belajar dari 1700 orang guru. Tatkala ia kembali ke kampungnya, ia
mengajarkan ilmu yang didapatkannya kepada manusia.
Imam
Ibnu Jarir Ath-Thobari pergi menuntut ilmu disaat usianya dua belas tahun.
Ayahnya selalu memperhatikan biaya hidupnya dari waktu ke waktu. Beliau pernah
menuturkan, ”Pernah suatu waktu kiriman ayahku terlambat, maka aku membelah dua
lengan bajuku dan menjualnya serta menjadikan uang yang kudapat sebagai biaya
menuntut ilmu.”
Imam
Ibnul Jauzi menceritakan kepada anaknya tentang kisahnya dalam menuntut ilmu,
ia berkata, ”Ketahuilah wahai anakku, ayahku adalah seorang yang kaya raya dan
tatkala meninggal ia meninggalkan warisan yang banyak. Maka di saat aku telah
mencapai baligh, mereka memberikan kepadaku dua puluh dinar dan dua buah rumah
dan mereka berkata kepadaku, `Inilah warisan ayahmu`. Akupun mengambil beberapa
dinar dan kugunakan untuk membeli beberapa kitab ilmu. Aku pun menjual dua
rumah itu dan hasilnya kugunakan untuk menuntut ilmu. Ayahmu ini belum pernah
terhina dalam menuntut ilmu.”
Inilah
sedikit sejarah perjalanan para ulama dalam menuntut ilmu syar’i. Mereka
mengetahui bahwasanya kehidupan dunia hanyalah sebentar apabila dibandingkan
dengan kehidupan akhirat yang kekal. Mereka mengetahui bahwa tidak akan mungkin
kebahagiaan di surga diperoleh kecuali dengan ketaatan kepada Allah. Mereka pun
mengetahui bahwa ketaatan tidak akan mungkin terlaksana kecuali dengan
mengetahui apa yang Allah dan
Rasul-Nya perintahkan berupa amal-amal yang
sholeh. Maka mereka bersemangat untuk meraih keridhoan Allah dengan mempelajari
agama yang mulia ini berdasarkan Al-Quran dan sunnah Rasulullah shallallahu’alahi
wa sallam di atas pemahaman para sahabat beliau.
Rasulullah shallallahu’alahi
wa sallam bersabda, “Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang aku diutus
untuk membawanya adalah seperti hujan deras yang jatuh ke bumi. Maka di
antara bagian permukaan bumi itu ada yang bagus sehingga dapat menyerap air
lalu menumbuhkan tanaman dan rerumputan yang begitu banyak. Dan diantaranya
juga ada yang tandus namun dapat menahan air sehingga Allah memberikan manfaat
kepada manusia dengan air tersebut, mereka minum dan mengairi tanaman mereka
(dengan air tersebut). Dan di antara bagian bumi itu ada juga yang tidak bisa
menahan air dan tidak bisa pula menumbuhkan rerumputan. Itulah perumpamaan bagi
orang yang memahami agama Allah dan dapat mengambil manfaat dari (ilmu dan
petunjuk) yang Allah mengutusku untuk menyampaikannya, sehingga dia mengetahui
(agama Allah) dan mengajarkannya (kepada manusia). Dan begitupula orang yang
tidak menghiraukan dan tidak mau menerima petunjuk Allah yang aku bawa.”(HR.
Bukhari dan Muslim)
Begitulah
keutamaan yang dimiliki para ulama. Mereka mengajarkan kebaikan kepada manusia
berdasarkan petunjuk dari Allah dan Rasul-Nya. Mereka menasehati umat agar
kembali ke jalan Allah dan meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Mereka
mengajak manusia untuk menjadi mulia dengan memiliki ilmu tentang Al-Quran dan
Sunnah yang merupakan warisan nabi kita yang mulia shallallahu’alahi wa
sallam.
Namun
apa yang terjadi pada generasi umat islam sekarang ini?! Kemana semangat mereka
untuk menimba ilmu dari para ulama. Jalan untuk mendapatkan ilmu telah
diberikan kemudahan oleh Allah. Mereka tidak perlu melewati gurun ataupun
menyeberangi lautan untuk mendengar hadits Rasulullah shallallahu’alahi wa
sallam.Tapi sungguh musuh-musuh Islam telah melalaikan mereka dari menuntut
ilmu. Iblis telah berhasil menjerat mereka dalam kemaksiatan. Generasi muda
umat ini sebagian besarnya lebih suka bersenang-senang dengan kehidupan dunia,
mereka merasa tidak perlu untuk mempelajari sunnah-sunnah Rasulullah shalallahu’alahi
wa sallam . Ini merupakan sesuatu yang menyedihkan bagi umat ini.
Namun
ketahuilah bahwa akan senantiasa ada dari umat ini orang-orang yang berpegang
teguh kepada agama Allah. Merekalah orang-orang yang senantiasa mempelajari
Kitabullah dan Sunnah Rasul dengan benar. Maka semoga Allah jadikan kita
termasuk dari mereka. Aamin.
Untuk
mengakhiri tulisan ini maka aku berdoa hanya kepada Allah agar Ia senantiasa
melapangkan hatimu untuk mempelajari ilmu syar’i dan mengetahui Islam dengan
benar. Sesungguhnya Allah-lah yang membolak-balikkan hati manusia.
Semoga
shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada nabi kita Muhammad beserta para
sahabat dan pengikutnya hingga hari kiamat.