Rasululloh Shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siwak
merupakan kebersihan bagi mulut dan keridhoan bagi Robb”. (HR. Ahmad)
Siwak bermakna suatu kayu yang
dipakai untuk menggosok gigi. Siwak adalah suatu perkara yang disyari’atkan,
yaitu dengan menggunakan batang atau semisalnya, yang dipakai untuk
membersihkan gigi dan gusi dari kekuning-kuningan dan bau
Bersiwak adalah termasuk dari bagian dari sunnah para Rasul,
sebagaimana hadits dari Abu Ayyub ra:
“Ada empat hal yang termasuk dari sunnah para Rasul; Memakai minyak wangi, menikah, bersiwak dan malu.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Siwak memiliki beberapa faedah yang sangat besar,
diantaranya yang paling besar adalah yang telah dianjurkan oleh hadits :
“Siwak itu pembersih mulut dan diridhai Allah.” (HR. Ahmad)
Bersiwak adalah dengan menggunakan
batang yang lembut dari pohon arok, zaitun, urjun atau yang semisalnya yang
tidak menyakiti atau melukai mulut.
Pengenalan
Siwak adalah nama untuk dahan atau
akar pohon yang digunakan untuk bersiwak. Oleh karena itu semua dahan atau akar
pohon apa saja boleh digunakan untuk bersiwak jika memenuhi persyaratannya,
yaitu lembut, sehingga batang atau akar kayu yang keras tidak boleh digunakan
untuk bersiwak karena bisa merusak gusi
dan email gigi;
bisa membersihkan dan berserat serta bersifat basah, sehingga akar atau batang
yang tidak ada seratnya tidak bisa digunakan untuk bersiwak; seratnya tersebut
tidak berjatuhan ketika digunakan untuk bersiwak sehingga bisa mengotori mulut.
Hukum Bersiwak
Hukum bersiwak adalah sunnah
muakkadah karena anjuran Rosululloh
Shallallâhu ‘alaihi wasallam dan kesenantiasaan beliau melakukannya dan
kecintaan beliau serta ajakan beliau kepada siwak tersebut.
Waktu-Waktu Disunnahkannya Bersiwak
Bersiwak disunnahkan disetiap saat, bahkan ketika berpuasa
disepanjang harinya, dan menjadi sunnah muakadah pada waktu akan beribadah.
Adapun waktu-waktu yang disunnahkan secara muakkad untuk bersiwak diantaranya:
1) Setiap akan Berwudhu.
“Kalau bukan karena akan memberatkan umatku maka akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan wudlu”. (HR. Bukhori dan Muslim)
“Kalau bukan karena akan memberatkan umatku maka akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan wudlu”. (HR. Bukhori dan Muslim)
2) Setiap akan melakukan shalat.
“Kalau bukan karena akan memberatkan umatku maka akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan sholat”. (HR. Bukhori dan Muslim)
“Kalau bukan karena akan memberatkan umatku maka akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan sholat”. (HR. Bukhori dan Muslim)
3) Setiap Bangun Tidur.
“Adalah Rosululloh jika bangun dari malam dia mencuci dan menggosok mulutnya dengan siwak”. (HR. Bukhori)
“Adalah Rosululloh jika bangun dari malam dia mencuci dan menggosok mulutnya dengan siwak”. (HR. Bukhori)
Termasuk tanda kecintaan Nabi Shallallahu ‘aihi wa sallam
kepada kebersihan dan ketidak sukaannya terhadap bau tidak enak, tatkala bangun
dari tidur malam yang panjang, yang mana saat itu di mungkinkan bau mulut sudah
berubah, maka beliau menggosok giginya dengan siwak untuk menghilangkan bau
tidak sedap, dan untuk menambah semangat setelah bangun tidur, karena termasuk
kelebihan siwak adalah menambah daya ingat dan semangat.
4) Setiap akan Masuk Rumah.
Telah meriwayatkan Syuraih bin Hani, beliau berkata: ”Aku
bertanya kepada ‘Aisyah: “Apa yang dilakukan pertama kali oleh Rosululloh jika
dia memasuki rumahnya?” Beliau menjawab :”Bersiwak”. (HR. Muslim)
5) Ketika hendak membaca Al Qur’an.
Dari Ali ra. berkata : “Rasulullah memerintahkan kami bersiwak.
Sesungguhnya seorang hamba apabila berdiri sholat malaikat mendatanginya
kemudian berdiri dibelakangnya mendengar bacaan Al Qur’an dan ia mendekat. Maka
ia terus mendengar dan mendekat sampai ia meletakkan mulutnya diatas mulut
hamba itu, sehingga tidaklah dia membaca satu ayatpun kecuali berada
dirongganya malaikat” (HR. Baihaqy)
Cara Bersiwak
Cara bersiwak tidak ada ikhtilaf antara ulama, bahwa didalam
kitab Syama’il Imam Tirmidzi, dalam hadist Rasul saw, bahwa Rasul saw bersiwak
dg kayu araak, dan memulainya dari pertengahan, lalu kearah kanan lalu kekiri,
demikian diulangi. sebanyak 3 X.
Imam Ghazali rahimahullah melengkapi caranya, yaitu
meletakkan siwak di jajaran gigi tengah bagian atas, lalu mendorongnya kearah
kanan sampai keujungnya,
lalu turunkan ke jajaran bawah kanan ujung,
lalu mendorongnya kembali ketengah jajaran bawah,
lalu kembali naik ke tengah jajaran atas,
lalu mendorongnya ke arah kiri sampai ujungnya,
lalu turunkan ke jajaran bawah kiri ujung,
dan mendorongnya lagi ke tengah di jajaran bawah.
Untuk mudahnya, anggaplah anda menulis angka delapan yg rebah. Demikian ini untuk perhitungan 1X. lalu mengulanginya sampai 3X. Inilah cara terbaik. Namun cara apapun juga sudah mendapatkan pahala sunnah.
lalu turunkan ke jajaran bawah kanan ujung,
lalu mendorongnya kembali ketengah jajaran bawah,
lalu kembali naik ke tengah jajaran atas,
lalu mendorongnya ke arah kiri sampai ujungnya,
lalu turunkan ke jajaran bawah kiri ujung,
dan mendorongnya lagi ke tengah di jajaran bawah.
Untuk mudahnya, anggaplah anda menulis angka delapan yg rebah. Demikian ini untuk perhitungan 1X. lalu mengulanginya sampai 3X. Inilah cara terbaik. Namun cara apapun juga sudah mendapatkan pahala sunnah.
Sulitkah? Jangan lupa, satu kali anda bertasbih kepada Allah
dengan diawali siwak, maka dihitung 70X bertasbih. Shalat dengan diawali siwak,
akan terhitung 70X shalat. Dua rakaat shalat tahajjud diawali dengan siwak,
maka dihitung 140 rakaat tahajjud. Hebat bukan? Maha Suci Sang Maha Dermawan
menempatkan curahan kedermawanannya pada segala hal.(Habib Munzir bin Fuad
Al-Musawa)
Siwak Menurut Medis
Dari penelitian menunjukkan bahwa kayu siwak (Salvadora
persica) mengandung bahan-bahan kimiawi yang bermanfaat untuk menekan aktivitas
mikrobial dan menghambat pertumbuhannya. Penelitian daya hambat kayu siwak
(Salvadora persica) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans yang
patogen terhadap mulut, dapat menunjukkan kemampuan kayu siwak sebagai salah
satu alternatif zat antibakterial yang memang seharusnya dikembangkan sebagai
komoditas oral cleaner device (alat pembersih mulut) yang higinis dan efektif
dalam mencegah periodontal disease. Penelitian terhadap Staphylococcus aureus
yang merupakan patogen pada saluran pernapasan, kulit dan luka dapat pula
menunjukkan bahwa kayu siwak bukan hanya efektif sebagai komponen antibakterial
mulut, namun juga efektif sebagai antibakterial yang memiliki spektrum lebih
luas. (Penelitian ini dikembangkan oleh Mahasiswa Biologi FMIPA ITS)
Tujuh Puluh Kali Lipat
Keutamaan shalat dengan memakai siwak itu, sebanding dengan
70 kali shalat dengan tidak memakai siwak. (HR. Ahmad)
Bayangkan, di suatu Shubuh Anda keluar menuju masjid. Lalu
Anda shalat Shubuh berjama’ah dengan bersiwak terlebih dahulu. Kita tahu bahwa
shalat Shubuh berjama’ah pahalanya sama dengan pahala shalat sunnah sepanjang
satu malam penuh. Jika didahului dengan bersiwak, maka shalat Shubuh berjama’ah
kita akan berpahala seperti pahala shalat sunnah 70 malam penuh. Sedangkan
shalat Isya berjama’ah tanpa bersiwak sama pahalanya dengan pahala shalat
sunnah setengah malam. Bagaimana pula jika dengan didahului bersiwak? Dan
bagaimana dengan shalat-shalat lain yang didahului dengan bersiwak? Tentu kita
akan meraih pahala yang sangat besar dengan bersiwak.
Jika Anda pergi ke Masjid untuk shalat berjama’ah di zaman
ini, mungkin Anda melihat sedikit sekali di antara jama’ah yang bersiwak
sebelum shalat. Maka ketika Anda bersiwak sebelum shalat di zaman ini, berarti
Anda telah menghidupkan kembali sunnah Rasul SAW. Dan pahalanya itu seperti
pahala syuhada. Setidaknya Anda akan mendapat pahala seperti orang-orang yang
mengikuti Anda dalam bersiwak, tanpa mengurangi pahala orang tersebut.
Faedah Bersiwak
Siwak merupakan pekerjaan yang ringan namun memiliki faedah
yang banyak baik bersifat keduniaan maupun bersifat akhirat
Berupa kebersihan mulut, sehat dan putihnya gigi,
menghilangkan bau mulut, dan lain-lain
Faedah
Ke-akhirat-an
Ittiba’
kepada Nabi
Shallallâhu ‘alaihi wasallam dan mendapatkan keridhoan dari Alloh
Subhanahu wa Ta’ala.
Dalil-Dalil Bersiwak
- “Siwak merupakan kebersihan bagi mulut dan keridhoan bagi Rob”. (HR: Ahmad, irwaul golil no 66 [shohih]).
- “Kalau bukan karena akan memberatkan umatku maka akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan wudlu”. (HR: Bukhori dan Muslim, irwaul golil no 70)
- “Kalau bukan karena akan memberatkan umatku maka akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan sholat”. (HR: Bukhori dan Muslim, irwaul golil no 70)
- ”Aku bertanya kepada ‘Aisyah: “Apa yang dilakukan pertama kali oleh Rosululloh jika dia memasuki rumahnya?” Beliau menjawab :”Bersiwak”. (HR: Muslim, irwaul golil no 72)
- Dari Abu Musa Al-Asy’ari berkata, yang artinya: “Aku mendatangi Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam dan dia sedang bersiwak dengan siwak yang basah. Dan ujung siwak pada lidahnya dan dia sambil berkata “Uh- uh”. Dan siwak berada pada mulutnya seakan-akan beliau muntah”. (HR: Bukhori dan Muslim)
- ‘Dari Aisyah berkata, yang artinya: “Aku melihat Rosululloh memandang siwak tersebut, maka akupun tahu bahwa beliau menyukainya, lalu aku berkata: ‘Aku ambilkan siwak tersebut untuk engkau?” Maka Rosululloh mengisyaratkan dengan kepalanya (mengangguk-pent) yaitu tanda setuju.” (HR: Bukhori dan Muslim)
- Syarhul Mumti’ ‘ala zadil mustaqni’ jilid 1, karya Syaikh Muhammad Utsaimin
- Irwaul Golil jilid 1, karya Syaikh Al-Albani
- Taisirul ‘Alam jilid 1, Karya Syaikh Ali Bassam
- Fiqhul Islami wa adillatuhu jilid 1, karya Doktor Wahbah Az-Zuhaili
- Keutamaan Bersiwak Pada http://www.mediamuslim.info