Apabila kita
bermaksud supaya hati kita dapat masuk ke dalamnya cahaya-cahaya Ilahi,
cahaya-cahaya Al-Ihsan dan teranglah hati dengannya untuk dapat menangkap
ilmu-ilmu ketuhanan dan sebagian rahasia alam makhluk ini, maka tidak ada jalan
lain selain apa yang telah diungkapkan oleh Maulana Ibnu Athaillah Askandary
dalam Kalam Hikmahnya sebagai berikut:
"Kosongkanlah hati anda dari segala sesuatu selain Allah, niscaya Dia akan memenuhi hati anda itu dengan ilmu-ilmu makrifat (ilmu mengenal Allah dan rahasia-rahasia alam) ketuhanan."
Kalam Hikmah ini kejel;asannya sebagai berikut:
I. Kita diperbolehkan Allah bahkan dianjurkan olehNya menguasai dan memiliki alam ini sebanyak-banyaknya menurut pandangan lahiriah, walaupun pada hakikatnya semua itu adalah milik Allah s.w.t. dan Dia adalah penguasa, pemilik tunggal dan Maha Esa atas semuanya itu. Hal kedaan itu adalah menurut pandangan "syari'at". Sedangkan menurut pandangan "hakikat", di samping yang tadi, juga hati kita tidak boleh dipenuhi oleh alam makhluk ini, tidak boleh dipengaruhi hati kita oleh harta kekayaan kita, oleh pangkat kita, oleh isteri dan anak-anak kita dan lain-lain sebagainya. Tetapi yang boleh bahkan yang harus mempengaruhi hati kita ialah Allah s.w.t. atau dengan kata lain ialah agama kita yakni agama Islam. Selain daripada Allah, apakah itu alam atas, atau alam bawah, alam dunia, alam akhirat, alam hissy (yang dapat dijangkau pancaindera) ataupun alam maknawi (yang bukan hissy), tidak boleh mempengaruhi hati kita.
Apabila hati kita telah kosong dari pengaruh-pengaruh alam mayapada ini sehingga tidak ada dalam hati kita selain hanya "cinta pada Allah s.w.t.", barulah Allah mengisi hati kita bahkan memenuhi hati kita dengan ilmu makrifatNya sehingga hilanglah dari kita segala macam keraguan, naik kepada tingkat yakin terhadapNya dan apa-apa yang diciptakan dan yang telah ditentukan olehNya. Pada waktu itu berkumpulah dalam hati kita "Anwar Al-Malakut" dan "Asrar Al-Jabarut".
Anwar Al-Malakut artinya cahaya-cahaya alam malakut. Yakni alam bathin atau alam ghaib yang berhubungan dengan arwah dan jiwa manusia. Sedangkan yang dimaksudkan dengan "Asrar Al-Jabarut", ialah alam pertengahan yakni alam barzakh (alam kubur) dan alam-alam mahsyar. Jabarut artinya kekusaan danpaksaan. Sedangkan dalam alam barzakh dan mahsyar, segala sesuatu di dalamnya adalah menurut apa yang telah ditetapkan Allah dan tidak boleh dibantah oleh sesiapa pun, meskipun Rasul-rasulNya, semuanya lemah menghadapi apa yang terjadi.
II. Kalau sudah berkumpul dalam hati kita Anwar Al-Malakut dan Asrar Al-Jabarut, maka terbukalah segala-galanya ini, sebab segala sesuatu sudah beserta Allah, dengan Allah, dari Allah, kepada Allah, atas Allah, dalam Allah dan tida ada daya dan kekuatan melainkan dengan Allah (Laa haula walaa quwwata illa billaahil-'aliyyil 'azhim). Sebab kita dalah hambaNya dan yang dicintai olehNya, lahiriah kita dan bathiniah kita. Inilah makna wahyu Allah s.w.t. kepada Nabi Isa a.s.:
"Bahwasanya Aku apabila Aku lihat pada hati hambaKu, lantas Aku tidak mendapatkan dalam hatinya cinta pada dunia dan cinta pada akhirat, niscaya Aku penuhkan hatinya itu dari "cintaKu" (padanya)."
Kesimpulan:
(a) Ilmu makhrifat terhadap Allah s.w.t. sangat sulit kita dapatkan apabila hati kita masih dipengaruhi oleh kecintaan-kecintaan kepada selain Allah. Hal keadaan ini seperti kata penyair Tasawuf:
Jika alam telah hancur dari mata hatiku, Barulah rahasia dapat melihat ghaibnya dalam cahaya terang, Maka lemparkanlah alam itu dari pandanganmu, Dan hapuslah titik ghaibnya, jika anda ingin melihatKu.
(b) Karena itu, berjuang memerangi hawa nafsu adalah penting sekali. Kemudian barulah kita tingkatkan pendekatan kita kepada Allah s.w.t. dengan lahir dan bathin kita, sehingga sampai kita pada taraf bahwa dunia ini dan apa saja selain Allah sudah tidak mempengaruhi bathin kita lagi, meskipun kita mengahadapi dunia ini dengan serba macam permasalahannya, seperti Rasulullah, Muhammad s.a.w. di mana beliau telah diikuti pula oleh sahabat-sahabat dan hamab-hamba Allah yang shaleh.