Kamis, 10 Mei 2012

Siklus Air menurut Al-Qur'an dan 100 molekul baru Kurkumin Kunyit


 

Dalam surat Al-Waqiah ayat 68 dan 69 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya?” 

Dalam ayat lain disebutkan, “Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap dan Dialahyang menurunkan air dari langit ….” (Al-Baqarah [2]:22)
Dalam ayat tersebut tegas dikatakan bahwa air yang kita minum adalah air yang diturunkan dari langit. 

Hasil penelitian menyebutkan bahwa air tawar yang kita minum berasal dari hujan. Air tersebut turun melalui siklus peredarannya sehingga tersedia air tawar di hulu pegunungan. Awalnya ia berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan es, dan salju, hujan gerimis atau kabut.

Hasil deteksi radar cuaca menunjukkan bahwa pembentukan hujan berlangsung dalam tiga tahap, yaitu: “bahan baku” hujan naik ke udara, lalu awan terbentuk, hingga curahan hujan terlihat. 

Tahap-tahap ini dijelaskan dalam al-Qur’an yang memberikan informasi yang tepat mengenai pembentukan hujan. “Dialah Allah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka, apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira” (Ar-Rum [30]:48) 

Al-Qur’an tidak langsung mengatakan air yang kita minum berasal dari sungai, sumur, atau danau. Tapi ia diturunkan berupa air hujan. Dan dari hujan inilah terbentuk sumber-sumber air yang akan mengaliri sungai-sungai, mengisi sumur-sumur, dan memenuhi danau. Tanpa air hujan, siklus air di planet bumi ini tidak akan berjalan. Secara ilmiah siklus ini dinamakan siklus hidrologi.

Sedang mengenai air laut, Allah berfirman dalam surat Al-Waqiah ayat 70, yang artinya: “Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?”
Allah memilih kata asin dalam ayat tersebut karena masih berhubungan dengan siklus air. Ilmu pengetahuan membuktikan bahwa air sungai membawa bermacam-macam mineral ke laut, salah satunya adalah sodium klorida (garam). Ketika air laut menguap, hanya airnya (H2O) saja yang menguap sedang garam tetap tertinggal. Melalui proses siklus yang berulang selama jutaan tahun, maka air laut menjadi asin seperti sekarang. Di seluruh pelosok dunia, sungai mengirim sekitar 40 milyar ton garam ke laut setiap tahunnya.

Bukti ilmiah tersebut membuktikan bahwa ayat-ayat yang disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) yang hidup di jazirah Arab yang kering kerontang adalah benar-benar firman Allah. Di tengah kondisi geografis yang didominasi oleh padang pasir yang sangat jarang disiram air hujan, beliau bisa memberikan penjelasan sangat ilmiah tentang siklus air. Padahal orang di sekitarnya hanya mengenal air minum yang mereka konsumsi berasal dari sumur atau sungai Nil yang menjadi sumber air utama bangsa Arab waktu itu. 

Semoga bukti ini semakin meyakinkan kita bahwa ajaran Rasulullah SAW adalah ajaran yang datang dari Pencipta Alam ini. Amin.

 

Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta menemukan 100 molekul baru kurkumin kunyit (curcuma longa) yang delapan di antaranya telah dipatenkan.

"Kurkumin telah dikembangkan menjadi molekul baru yang mempunyai efek analgetika-antiinflamasi dan bisa dimanfaatkan sebagai terapi kanker," kata peneliti kurkumin dari Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Supardjan, di Yogyakarta, dikutip Antara, Selasa (17/01/2012).

Menurut dia di sela-sela seminar "Kunyit Tinjauan Filosofis dan Ilmiah", berdasarkan penelitiannya, kunyit terbukti mengandung senyawa kurkuminoid yang berwarna kuning ternyata mengandung molekul kurkumin, demetoksin kurkumin, dan bisdemetoksin kurkumin.

"Untuk turunannya kurkumin ini bahkan sudah diteliti lebih lanjut. Turunan yang merah lebih ke antiinflamasi, sedangkan yang berwarna kuning lebih untuk melindungi hati (hepatotoksik)," katanya.

Ia mengatakan, kurkumin juga baik bagi penderita diabetes untuk mencegah tidak terjadi pembekuan atau penggumpalan darah.

"Saat ini kurkumin baru dikembangkan sebatas obat herbal dan belum dijadikan obat kimia karena membutuhkan uji klinis dengan waktu lebih lama dan membutuhkan biaya besar," katanya.

Menurut dia, tanaman kunyit banyak terdapat di Indonesia dan sudah digunakan oleh masyarakat secara tradisional baik sebagai makanan maupun obat.

"Penelitian ilmiah menunjukkan kunyit yang diketahui mengandung kurkumin itu telah terbukti mempunyai khasiat antiinflamasi, antioksidan, antimikroba, antikanker, dan antitumor," kata Supardjan.

Peneliti farmakologi Fakultas Kedokteran UGM Nyoman Kertia mengatakan, ekstrak rimpang kunyit juga efektif sebagai antiradang pada penderita penyakit sendi (osteoartritis).

"Ekstrak rimpang kunyit memiliki kemampuan dalam menurunkan kadar malondialdehida (MDA) cairan sinovia sendi lutut," kata Kertia.*