Muqoddimah
Syirik merupakan dosa yang
paling besar. Dosa syirik tidak diampuni Allah jika pelakunya tidak bertaubat.
Dosa syirik menjadikan pelakunya kekal di neraka selama-lamanya. Dosa syirik
bisa membatalkan semua amalan yang telah dikerjakan. Bila demikian maka
merupakan kewajiban kita semua untuk mewaspadai syirik dan menjaga diri agar
tidak terjerumus ke dalam kubangannya. Perhatikanlah firman Allah:
وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن
نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ ﴿٣٥﴾
Dan jauhkanlah aku dan anak
keturunanku dari menyembah berhala.
(QS. Ibrahim: 35)
Renungkanlah, jika Nabi Ibrahim ‘alaihissalam saja yang merupakan penghulu ahli tauhid takut akan kesyirikan
pada dirinya dan anak keturunannya, lantas bagaimana dengan kita?! Apakah kita
merasa lebih kuat tauhidnya daripada Nabi Ibrohim ‘alaihissalam?!!
Namun, aneh tapi nyata, ada
sebagian orang yang merasa aman dari dosa syirik dengan alasan bahwa kesyirikan
sudah tidak ada lagi pada zaman sekarang, bahkan lebih aneh lagi mereka
menvonis bahwa orang yang mengingkari kesyirikan mereka dengan kesesatan dan
penyimpangan[1].
Lantas, bagaimanakah duduk permasalahannya?! Apa sebenarnya yang menjadi
sandaran mereka?! Dan bagaimana penjelasan para ulama tentangnya?! Ikutilah
kajian hadits berikut dengan saksama. Semoga bermanfaat.
Teks dan Takhrij Hadits
عَنْ جَابِرٍ قَالَ : سَمِعْتُ
النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ أَيِسَ أَنْ
يَعْبُدَهُ الْمُصَلُّونَ في جَزِيرَةِ الْعَرَبِ وَلَكِنْ في التَّحْرِيشِ بَيْنَهُمْ
Dari Jabir radhiallahu
‘anhu berkata, “Saya mendengar Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
‘Sesungguhnya setan telah putus asa untuk diibadahi oleh orang Islam di Jazirah
Arab, tetapi setan akan mengadu domba di antara kalian.’ ”
SHOHIH. Diriwayatkan oleh Imam Muslim:
2812, at-Tirmidzi: 1937, Ahmad: 3/313, 354, Abu Ya’la: 2294, al-Baghowi dalam Syarh Sunnah: 3525,
Ibnu Abi Ashim dalam as-Sunnah: 8, Ibnu Hibban: 64, 1836 dari jalur sahabat Jabir bin Abdillah radhiallahu
‘anhu.
Dan diriwayatkan dengan redaksi
yang serupa dari jalur para sahabat yang lain seperti Jarir bin Abdillah
al-Bajali, Abdulloh bin Abbas, Abdulloh bin Mas’ud, Abu Darda’, dan Abu
Hurairah[2] radhiallahu ‘anhum. Kesimpulannya, matan hadits ini adalah shohih dari jalur
beberapa sahabat yang banyak.
Makna Hadits
Hadits ini menerangkan bahwa
setan merasa putus asa—tiada lagi harapan—kalau penduduk Jazirah Arab akan
berkumpul dalam syirik kepada Allah. Karena itu, sejak zaman Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam hingga
saat ini Jazirah Arab menjadi negara Islam. Tidak lagi semarak syirik kecuali
beberapa waktu kemudian Allah membangkitkan sebagian hamba-Nya untuk
mengembalikan kepada agama yang murni.
Sebagian ulama bahkan
berpendapat bahwa hadits ini umum mencakup seluruh umat Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam. Al-Hafizh Ibnu Rojab rahimahullah berkata ketika menjelaskan hadits ini, “Maksudnya, setan berputus
asa kalau seluruh umat ini akan sepakat dalam syirik besar.” [3] Hal ini persis seperti firman
Allah:
ٱلْيَوْمَ يَئِسَ ٱلَّذِينَ
كَفَرُوا۟ مِن دِينِكُمْ
Pada hari ini orang-orang kafir
berputus asa dari agama kalian.
(QS. al-Ma’idah [5]: 3)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Penafsiran ini sesuai dengan hadits shohih dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam (lalu
beliau menyebutkan hadits pembahasan).” [4]
Adapun makna ibadah kepada
setan dalam hadits di atas adalah ibadah kepada berhala, kuburan, dan (segala
sesuatu) selain Allah, dalilnya adalah firman Allah tentang Nabi Ibrohim ‘alaihissalam:
يَـٰٓأَبَتِ لَا تَعْبُدِ
ٱلشَّيْطَـٰنَ ۖ
Wahai ayahku janganlah engkau
menyembah setan.
(QS. Maryam [19]: 44)
Ibadah kepada berhala dinamakan
ibadah kepada setan karena memang setan yang memerintahkannya[5].
Syaikh Abdulloh Abu Buthoin rahimahullah mengatakan, “Barang siapa yang taat kepada setan dalam salah satu
jenis kekufuran maka berarti dia telah beribadah kepada setan.” [6]
Sekilas Bertentangan
Hadits ini secara lahirnya
menunjukkan bahwa tidak ada lagi bentuk kesyirikan, namun pada hadits-hadits
Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam lainnya yang banyak sekali terdapat penjelasan yang sangat
gamblang akan adanya kesyirikan dan kekufuran pada umat ini, di antaranya:
عن أبي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ
رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : لَا تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى تَضْطَرِبَ
أَلَيَاتُ نِسَاءِ دَوْسٍ حَوْلَ ذِي الْخَلَصَةِ وَكَانَتْ صَنَمًا تَعْبُدُهَا
دَوْسٌ في الْجَاهِلِيَّةِ بِتَبَالَةَ
Dari Abu Hurairah radhiallahu
‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
‘Tidak ada bangkit hari kiamat sehingga wanita-wanita Daus berkerumun di
sekitar Dzil Kholashoh yaitu sebuah patung yang mereka sembah di masa jahiliah
di Tabalah (Yaman).’ ”
(HR. al-Bukhori: 6699 dan
Muslim: 2906)
عن عَائِشَةَ قَالَتْ : سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : لَا يَذْهَبُ اللَّيْلُ
وَالنَّهَارُ حَتَّى تُعْبَدَ اللَّاتُ وَالْعُزَّى
Dari Aisyah radhiallahu
‘anha berkata, “Saya mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Tidak akan hilang malam dan siang sehingga Lata dan
al-’Uzza diibadahi….’ ” (HR. Muslim: 2907)
Kenyataan di lapangan juga
membuktikan adanya fenomena kesyirikan baik kepada berhala, kuburan, dan
sebagainya. Bukti sejarah mencatat adanya kemurtadan dan kekufuran setelah
wafatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kalau memang demikian keadaannya, lantas bagaimana solusi untuk
keluar dari anggapan kontradiksi ini?! Inilah yang akan akan kita bahas pada
poin berikutnya.
Mengurai Benang Kusut
Yang harus kita pahami terlebih
dulu, hadits-hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mungkin saling bertentangan satu sama lain. Bila sekilas
terlihat ada pertentangan tersebut maka itu hanyalah menurut pemahaman kita
yang dangkal saja. Karena itu, hendaknya kita menggali penjelasan ulama yang
ahli di bidangnya untuk menangani masalah ini.
Apabila kita menelaah
penjelasan ulama, niscaya akan kita dapati bahwa mereka menguatkan
hadits-hadits yang sangat jelas menunjukkan akan terjadinya syirik pada umat
ini, lalu mereka menjawab hadits yang kita bahas dengan beberapa jawaban
berikut[7]:
1 — Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mengabarkan
tentang isi hati setan yang putus asa karena melihat penaklukan Makkah dan
manusia berbondong-bondong masuk Islam. Namun, hal itu bukan berarti tidak akan
terjadi syirik di muka bumi, sebab kenyataan telah membuktikan kesalahan dugaan
setan dan kebenaran informasi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa syirik akan menimpa umat ini. Keputusasaan setan di sini
persis dengan keputusasaan orang kafir yang dijelaskan Allah dalam firman-Nya:
ٱلْيَوْمَ يَئِسَ ٱلَّذِينَ
كَفَرُوا۟ مِن دِينِكُمْ
Pada hari ini orang-orang kafir
berputus asa dari agama kalian.
(QS. al-Ma’idah [5]: 3)
Al-Baghowi rahimahullah berkata, “Orang-orang kafir sangat ingin agar kaum muslimin
kembali kepada agama mereka. Namun, tatkala agama Islam telah kuat dan
menyebar, maka mereka berputus asa.” [8]
Pendapat alternatif ini
dikuatkan oleh Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin[9].
2 — Maksud
hadits ini, setan berputus asa jika semua umat akan sepakat dalam kekufuran.
Pendapat ini dikuatkan oleh Ibnu Rojab dan Abu Buthoin[10].
3 — Makna sabda
Nabi ( الْمُصَلُّونَ ) adalah orang-orang yang kuat imannya, luas ilmunya,
berpegang teguh dengan tauhid dan menjunjung tinggi sunnah. Tidak ragu lagi
bahwa setan akan berputus asa apabila melihat seorang hamba yang kuat tauhidnya
seperti ini.[11]
4 — Maksud
hadits ini bahwa setan berputus asa untuk diibadahi di Jazirah Arab setiap
waktu dan sepanjang zaman. Hal ini tidak mungkin terjadi, Insya Allah.
Penafsiran ini dikuatkan oleh redaksi hadits yang berbunyi:
ألا وَإِنَّ الشَّيْطَانَ قد
أَيِسَ من أَنْ يُعْبَدَ في بِلَادِكُمْ هذه أَبَدًا
“Sesungguhnya setan telah putus
asa untuk diibadahi di negeri kalian ini selama-lamanya.” (HR. at-Tirmidzi:
3055 dan dishohihkan oleh al-Albani)[12]
Demikian beberapa alternatif
yang disodorkan oleh para ulama kita. Intinya, syirik tetap terjadi pada umat
ini. Karena itu, tidak boleh kita merasa aman darinya. Bahkan, wajib kita
menjaga diri dan waspada jangan sampai terjerumus dalam dosa syirik karena
syirik merupakan dosa yang paling besar.
Penutup
Sebagai penutup, kami mengutip ucapan berharga Syaikh Muhammad Nashiruddin
al-Albani rahimahullahtentang masalah ini. Kata beliau:
“Sebagian manusia—apalagi yang
berpendidikan—memiliki suatu anggapan bahwa syirik sudah hilang dan tidak
kembali lagi karena perkembangan ilmu dan kemajuan zaman! Sungguh, ini adalah
anggapan yang batil, karena fakta di lapangan menunjukkan bahwa budaya syirik
merajalela di segala penjuru dunia, lebih-lebih negeri-negeri kafir barat
berupa peribadatan kepada para nabi, tokoh, patung, para pembesar, dan
pahlawan. Bukti mudah akan hal itu adalah banyaknya patung-patung di tengah
mereka yang sayangnya fenomena ini telah menular sedikit demi sedikit ke negara
Islam tanpa pengingkaran ulama Islam!! Tidak perlu jauh-jauh, perhatikanlah
negara-negara Islam sekarang khususnya kaum Syi’ah. Bukankah pada mereka
terdapat fenomena kesyirikan yang banyak sekali dan pemberhalaan seperti sujud
kepada kuburan, tawaf di kubur, menghadap dan sholat menghadap kubur, dan
berdo’a kepada penghuni kubur?!!”
Kemudian beliau membawakan
beberapa hadits tentang terjadinya kesyirikan pada umat ini, lalu berkomentar:
“Hadits-hadits ini menunjukkan
secara jelas bahwa syirik itu terjadi pada umat ini. Karena itu, wajib kaum
muslimin menjauhi segala sarana yang dapat menjerumuskan mereka ke dalam kubang
kesyirikan. Janganlah seorang tertipu dengan ilmu modern. Hal itu tidaklah
memberikan petunjuk kepada orang yang tersesat, sebab petunjuk dan cahaya itu
adalah dalam wahyu yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maha benar Allah tatkala memfirmankan:
يَـٰٓأَهْلَ ٱلْكِتَـٰبِ قَدْ
جَآءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيرًۭا مِّمَّا كُنتُمْ تُخْفُونَ مِنَ
ٱلْكِتَـٰبِ وَيَعْفُوا۟ عَن كَثِيرٍۢ ۚ قَدْ جَآءَكُم مِّنَ ٱللَّهِ نُورٌۭ
وَكِتَـٰبٌۭ مُّبِينٌۭ ﴿١٥﴾ يَهْدِى بِهِ ٱللَّهُ مَنِ ٱتَّبَعَ رِضْوَٰنَهُۥ
سُبُلَ ٱلسَّلَـٰمِ وَيُخْرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَـٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ بِإِذْنِهِۦ
وَيَهْدِيهِمْ إِلَىٰ صِرَٰطٍۢ مُّسْتَقِيمٍۢ ﴿١٦﴾
Hai ahlulkitab, sesungguhnya
telah datang kepadamu Rosul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi al-Kitab
yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah
datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. Dengan kitab
itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhoan-Nya ke jalan
keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu
dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan
menunjuki mereka ke jalan yang lurus.
(QS. al-Ma’idah [5]: 15–16).” [13]