Banyak orang bingung dengan
pengertian qalbu. Qalbu harus ditulis dengan huruf ‘q’ karena teks Arabnya
menggunakan huruf (qaf). Di Indonesia banyak orang menuliskannya dengan huruf
‘k’ sehingga menjadi kalbu. Padahal ‘k’ adalah transliterasi dari (kaf) dan
kalau ditulis (kalbu) maknanya adalah anjing. Jadi jauh benar bedanya antara
qalbu (hatinurani) dengan kalbu (anjing).
Sebagian orang menerjemahkan qalbu
dengan “hati”. Padahal hati (Inggris: liver) adalah organ tubuh yang ada di
kanan dada dan fungsinya menyaring racun atau penyakit dari darah. Dalam Bahasa
Arab hati disebut dengan ‘kibdun’ atau ‘kibdatun’. Bahasa Arab `Amiyah
menyebutnya ‘kabid’. Jadi orang Arab tidak pernah memahami qalbu sebagai hati
atau liver.
Hati juga sering dijadikan sebagai
terjemahan dari ‘heart’ (Inggris) yang bermakna jantung, karena itu bentuknya
sering digambarkan seperti jantung (♥).
Hati digunakan sebagai terjemahan
‘qalb’ (Arab) meskipun bahasa Arab menyebut hati ‘kibd’. Hati digunakan sebagai
terjemahan ‘heart’ (Inggris) yang sebenarnya adalah jantung. Lalu hati juga
digunakan sebagai terjemahan dari ‘liver’ (Inggris) atau ‘hephar’ (Latin). Jadi
sebenarnya apa itu hati, apa itu qalbu?
Dua Macam Qalbu :
- Qalbu jismani, yaitu jantung Ada hadits tentang qalbu yang sangat populer di masyarakat, sering diucapkan oleh para ustadz dan muballigh dalam ceramah-ceramah mereka. Tapi sayangnya orang kurang cermat memahami makna qalbu pada hadits ini. Abu Nu`aym menceritakan bahwa Rasulullah s.a.w. berkata: “Sesungguhnya di dalam jasad ada sebongkah daging; jika ia baik maka baiklah jasad seluruhnya, jika ia rusak maka rusaklah jasad seluruhnya; bongkahan daging itu adalah QALBU”. Hadits di atas jelas menyebut qalbu sebagai bongkahan daging (benda fisik) yang terkait langsung dengan keadaan jasad atau tubuh manusia. Bongkahan daging mana yang kalau ia sakit atau rusak maka seluruh jasad akan rusak? Bahasa Arab mengenal qalbu dalam bentuk fisik yang di dalam kamus didefinisikan sebagai ‘organ yang sarat dengan otot yang fungsinya menghisap dan memompa darah, terletak di tengah dada agak miring ke kiri’. Jadi, qalbu adalah jantung. Dokter qalbu adalah dokter jantung. Jantung adalah bongkahan daging yang kalau ia baik maka seluruh jasad akan baik atau sebaliknya kalau ia rusak maka seluruh jasad akan rusak.
- Qalbu ruhani, yaitu hatinurani. Ada juga jenis qalbu yang kedua, sebagaimana digambarkan dalam hadits berikut: “Sesungguhnya orang beriman itu, kalau berdosa, akan akan terbentuk bercak hitam di qalbunya”. (HR Ibnu Majah) Jadi kalau banyak dosa qalbu akan dipenuhi oleh bercak-bercak hitam, bahkan keseluruhan qalbu bisa jadi menghitam. Apakah para penjahat jantungnya hitam? Apakah para koruptor jantungnya hitam? Tanyakanlah kepada para dokter bedah jantung, apakah jantung orang-orang jahat berwarna hitam? Mereka akan katakan tak ada jantung yang menghitam karena kejahatan dan kemaksiatan yang dibuat. Lalu apa maksud hadits Nabi di atas? Qalbu yang dimaksud dalam hadits itu adalah qalbu ruhani. Ruh (jiwa) memiliki inti, itulah qalbu. Karena ruh (jiwa) adalah wujud yang tidak dapat dilihat secara visual (intangible) maka qalbu yang menjadi inti (sentral) ruh ini pun qalbu yang tidak kasat mata. Dalam bahasa Indonesia ‘qalbu ruhani’ disebut dengan ‘hatinurani’. Mungkin karena dianggap terlalu panjang dan menyulitkan dalam pembicaraan, maka orang sering menyingkatnya menjadi ‘hati’ saja. Padahal ada perbedaan besar antara ‘hati’ dengan ‘hatinurani’ sebagaimana berbedanya ‘mata’ dengan ‘mata kaki’. Rupanya, istilah qalbu mirip dengan heart dalam bahasa Inggris, sama-sama memilki makna ganda. Heart dapat bermakna jantung (heart attack, serangan jantung) dapat juga bermakna hatinurani (you’re always in my heart, kamu selalu hadir di hatinuraniku). Maka apabila mendengar perbincangan tentang qalbu perhatikanlah konteksnya. Kalau yang berbicara adalah dokter medis, tentu qalbu yang diucapkannya lebih bermakna jantung. Tapi bila dikaitkan dengan perbincangan tentang moral, iman atau spiritualitas, maka maknanya lebih mengarah pada hati nurani yang wujudnya ruhaniah. Qalbu orang yang berdosa akan menghitam. Ungkapan ‘menghitam’ di sini adalah ungkapan perumpamaan (majâzi, metaphoric) bukan ungkapan sesungguhnya (haqîqi). Namun bukan berarti karena dosa tak kan nampak bekas-bekas fisiknya lalu kita akan seenaknya saja berbuat dosa. Na`ûdzubillâh min dzâlik…
KAJIAN TENTANG HATI
Banyak ahli muslim terutama yang
memperhatikan masalah akhlak kepada Allah, mengemukakan bahwa hati manusia
merupakan kunci pokok pembahasan menuju pengetahuan tentang Tuhan. Hati,
sebagai pintu dan sarana Tuhan memperkenalkan kesempurnaan diri-Nya. “Tidak
dapat memuat dzat-Ku bumi dan langit-Ku, kecuali “Hati” hamba-Ku yang mukmin
lunak dan tenang ( HR Abu Dawud). Hanya melalui “hati manusialah” keseimbangan
sejati antara Tuhan dan kosmos bisa dicapai.
Al Qur’an menggunakan istilah qalb
(hati) 132 kali, makna dasar kata itu ialah membalik, kembali, pergi maju
mundur, berubah, naik turun. Diambil dari latar belakangnya hati mempunyai
sifat yang selalu berubah, sebab hati adalah lokus dari kebaikan dan kejahatan,
kebenaran dan kesalahan.
Hati adalah tempat dimana Tuhan
mengungkapkan diri-Nya sendiri kepada manusia. Kehadiran-Nya terasa didalam
hati, dan wahyu maupun ilham diturun-kan kedalam hati para Nabi maupun
wali-Nya.
“Ketahuilah bahwa Tuhan membuat
batasan antara manusia dan hatinya, dan bahwa kepada-Nya lah kamu sekalian akan
dikumpulkan” (QS 8: 24)
“(Jibril) menurunkan wahyu kedalam
hati nuranimu dengan izin Tuhan, membenarkan wahyu sebelumnya, menjadi petunjuk
dan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman”
(QS 2:97)
Hati adalah pusat pandangan,
pemahaman, dan ingatan (dzikir)
“Apakah mereka tidak pernah
bepergian dimuka bumi ini supaya hatinya tersentak memikirkan kemusnahan itu, atau
mengiang ditelinganya untuk didengarkan, sebenarnya yang buta bukan mata,
melainkan ” hati” yang ada didalam dada.”
(QS 22:46)
“memang hati mereka telah kami tutup
hingga mereka tidak dapat memahaminya, begitu pula liang telinganya telah
tersumbat”
(QS 18:57)
“Apakah mereka tidak merenungkan isi
Al Qur’an? atau adakah hati mereka yang terkunci?”
(QS 47:24)
“Janganlah kamu turutkan orang yang
hatinya telah Kami alpakan dari mengingat Kami (dzikir), orang yang hanya
mengikuti hawa nafsunya saja, dan keadaan orang itu sudah keterlaluan”
(QS
18:28)
“Sesungguhnya telah Kami sediakan
untuk penghuni neraka dari golongan jin dan manusia; mereka mempunyai hati,
tetapi tidak menggunakannya untuk memaha-mi ayat-ayat Allah, mereka mempunyai
mata, tetapi tidak dipergunakan untuk melihat, mereka mempunyai telinga tetapi
tidak dipergunakan untuk mendengar. Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan
lebih sesat lagi. Mereka adalah orang -orang yang alpa (tidak berdzikir) ”
(Qs
7:179)
Iman tumbuh dan bersemayam didalam hati,begitu
juga kekafiran, kemungkaran serta penyelewengan dari jalan yang lurus. Oleh
sebab itu, Allah tetap menegaskan bahwa perilaku seseorang tidak bisa hanya
sekedar syarat sah rukun syariat saja, akan tetapi harus sampai kepada pusat
iman yaitu ” hati “.
Mungkin kita hampir lupa bahwa
peribadatan selalu menuntut pemurnian hati (keikhlasan), sehingga akan
menghasilkan sesuatu yang haq serta dampak iman secara langsung.
Iman yang pernah diikrarkan oleh
kaum Arab badwi dihadapan Rasulullah bukan kategori iman yang sebenarnya,
sehingga seketika itu Allah menurunkan wahyu untuk memperingatkan kepada mereka
(Arab badwi)
“Orang-orang Badwi itu berkata:
“kami telah beriman “. Katakanlah (kepada mereka) ” Kamu belum beriman “,tetapi
katakanlah ” kami telah tunduk “, karena iman itu belum masuk kedalam hatimu
(Qs 49:14) .
Iman yang benar mempunyai ciri
tersendiri dan diakui oleh al Qur’an. Ia tertegun dan terharu tatkala nama
Allah disebut … dan bahkan ia terdorong ingin meluap-kan kegembiraan dan
kerinduannya dengan menjerit seraya bersujud dan menangis. Bergetar hatinya dan
bertambahlah imannya. Ia begitu kokoh dan mantap dalam setiap langkahnya karena
keihsanan bersama dengan Allah yang selalu menjaga. Ia akan selalu berbisik
kedalam lubuk hatinya tatkala menghadapi persoalan dan kesulitan didunia,
karena disitulah Allah meletakkan ilham sebagai pegangan untuk menentukan
sikap. Sehingga kaum beriman akan selalu terjaga dalam hidayah dan bimbingan
Allah Swt.
Firman Allah Swt:
“Suatu musibah tidak akan menimpa
seseorang kecuali atas izin Allah. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah,
tentu Dia akan menunjuki “hatinya”. Dan Tuhan Maha Mengetahui segala-galanya”
(
Qs 64:11)
“Keimanan telah ditetapkan Allah ke
dalam ” hatinya ” serta dikokohkan pula Ruh dari diri-Nya”
(Qs 58:22)
“Dan kami tunjang pula mereka dengan
petunjuk, dan kami teguhkan hati mereka”
(QS 18: 13-14)
“Dialah yang telah menurunkan
ketentraman didalam hati orang-orang yang beriman supaya bertambah keimanannya
di samping keimanan yang telah ada”
(QS 48:4)
Syetan menggantikan kedudukan Allah
bersemayam di istana hati manusia yang lalai. Allah akan memalingkan dan
menghinakan orang yang lalai akan Allah, Allah akan mengunci dan mematikan hati
sehingga ia diberi gelar ” binatang ternak! Bahkan lebih sesat dari itu. Kalau
sampai terjadi seperti ini maka tertutuplah hati untuk menerima cahaya dari
Allah Swt. Maka tidak heran jika perbuatan nya akan cenderung mengikuti
langkah-langkah syetan yang dilarang oleh Allah, syetan menggantikan posisi
Allah menduduki hati yang tertutup dan dialah yang akan menasehati dan
membimbing kejalan yang sesat. Kekejian itu akan menyeruak kedalam kalbu
melalui hembusan ilham sehingga akal fikiran tidak mampu menghalau datangnya
petunjuk tersebut. Marah dan benci tidak pernah direncanakan, akan tetapi ia
datang langsung kepusat hati, dan tubuh tanpa daya mengikuti kemauan sihir sang
iblis . Hati menjadi buta …!!!
Allah berfirman:
“Barang siapa yang berpaling dari
pengajaran Allah Yang Maha Pemurah, Kami adakan baginya syetan (yang
menyesatkan) maka syetan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertai”
(Qs
43: 36)
“Hai orang- orang yang beriman,
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan, maka sesungguhnya syetan itu
menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah
karena karunia Allah dan rahmat-Nya niscaya tidak seorangpun dari kamu sekalian
bersih (dari perbuatan keji dan mungkar) selama-lamanya, tetapi Allah
membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui”.
(QS 24: 21)
Iman dan kafir terletak didalam
hati, Allah telah membeberkan berikut contoh-contohnya antara orang yang
dibukakan hatinya dan yang ditutup hatinya, serta perilaku keduanya. Maka
keputusannya terletak kepada kebebasan manusia itu sendiri untuk memilih jalan
yang sesat ataupun yang lurus. Karena disitu akan mendapatkan bimbingan
langsung baik jalan kesesatan maupun jalan ketaqwaan.
Firman Allah:
“Demi jiwa serta penyempurnaan
(ciptaan-Nya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketaqwaanya. Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu dan merugilah
orang yang mengotorinya”.
(Asy Syams 7-10)
Ayat diatas memberikan pengertian
atas pentingnya membersihkan jiwa, sehingga apabila hal ini terjadi, maka
Allah-lah yang akan membimbing ketaqwaan, keimanan, serta ketulusan. Namun
sebaliknya Allah akan menistakan manusia yang melalaikan akan Allah serta
mengotori hatinya dengan mengirim musuh Allah sebagai penasehat dan menuntunnya
kejalan kesesatan.
Kemudian apa langkah selanjutnya,
serta bagaimana terapi untuk mengembalikan hati yang sudah terlanjur karam
dilumpur nista?
Pertama kita sudah memahami bahwa,
penyebab utama dari ketidak mampuan berbuat baik dan kesulitan menjaga dari
perbuatan keji dan mungkar serta tidak didengarnya setiap doa, adalah
“tertutupnya mata hati oleh NUR ILAHY”.
Kedua, konsentrasikan masalah
mengurus hati dulu, jangan mempersoalkan hal yang lain, karena “hati sedang
menderita sakit kronis. Kita harus perhatikan dengan sungguh-sungguh, dan
memasrahkan diri kepada Sang Pembuka Hati … Dialah yang menutup hati kita,
membutakan, mentulikan, dan mengunci mati dan tidak memberikan kefahaman atas
ayat-ayat Allah yang turun kedalam hati.
Mari kita perhatikan kedalam, kita
jenguk hati kita yang sedang berbaring tak berdaya, disitu terlihat syetan
dengan leluasa memberikan wejangan dan petunjuk bagaimana berbuat keji dan
mungkar. Ia menuntun pikiran untuk menerawang keangkasa, mengajaknya mi’raj
keangan-angan panjang dan melupakannya ketika badan sedang Shalat, sedang
berwudhu’ dan membaca AlQur’an dan ibadah yang lain. Kita sudah beberapaka kali
mencoba menepis ajakan itu namun apa daya kekuatan iblis memang luar biasa,
kita bukan tandingannya untuk melawan dan mengusir nya. Ia ghaib dan licik … ia
berjalan melalui aliran darah manusia, ia bisa menembus tembok ruang dan waktu,
ia ada dalam fikiran, dan bahkan bersemayam didalam hati manusia. Cukup sudah
usaha kita untuk melawannya, namun gagal dan gagal lagi …
Namun ada yang yang tidak “MATI”,
yaitu diri sejati yang selalu melihat keadaan hati kita yang sakit. Ialah
“Bashirah” (Al Qiyamah: 14), ia tidak pernah bersekongkol dengan syetan, Ia
yang mengetahui kebohongan hati, kejahatan, dan ia selalu mengikuti fitrah
Allah, ia jujur, tawadhu’, khusyu’, kasih sayang dan adil (lihat tafsir
Sofwatut Tafasir, oleh Prof Ali As Shobuni).
Kita harus cepat mendengarkan suara
dia yang selalu mengajaknya ke arah kebajikan, Ia sangat dekat dengan Allah, Ia
sangat patuh, Ia penuh iman, Ia berbicara menurut kata Allah (ilham), dan
kedudukannya sangat tinggi diatas Syetan dan jin sehingga mereka tidak bisa
menembus untuk menggodanya (As Shafat:8) Anda bisa merasakannya sekarang …
tatkala anda berbohong, ia berkata lirih … kenapa kamu berbohong … ia tidak
tidur tatkala kita tidur … ia melihat tatkala kita bermimpi dikejar anjing … ia
melihat ketika jin menggoda dan syetan menyesatkan, namun hati tidak kuasa
mengikuti kata bashirah yang oleh Allah digelari “RUH-KU”. Maka beruntunglah
orang yang membersihkan jiwanya dan celakalah orang yang mengotorinya (As
Syam:9-10)
Kita kembali kepada persoalan hati,
Mari kita perbaiki hati kita dengan
cara mendatangi Allah, kita serahkan persoalan ini … kerumitan hati yang selalu
ragu-ragu … ketidak mampuan menahan syahwat yang bergolak keras …
Mari kita contoh Nabi Yusuf ketika
gejolak nafsu sudah menguasai hatinya, Ia tidak kuasa lagi menahan syahwatnya
tatkala Julaiha datang menghampiri untuk mengajaknya berbuat mesum … Ia cepat
berpaling dan menghampiri Allah dan mengadukannya keadaan syahwatnya yang terus
menerus mengajak kepada keburukan. Kemudian Allah mendatangkan rahmat-Nya dan
memalingkan hatinya, mengangkat kekejian didalam hatinya, dan akhirnya Nabi
Yusuf terbebas dari perbuatan yang dilaknat Allah Swt.
Allah sendiri yang akan memalingkan
hati dari perbuatan keji dan mungkar sehingga terasa sekali sentuhan Ilahy
tatkala mengangkat kotoran hati dengan cara menggantikannya dengan perbuatan
baik dan ikhlas .
Allah berfirman:
“Sesungguhnya wanita itu telah
bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud
(melakukan pula) dengan wanita itu, andaikata dia tidak melihat tanda (dari)
Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan
kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih (
ikhlash)”
(Yusuf:24)
Mungkin kita masih ragu-ragu … apa
mungkin kita bisa mendapatkan burhan dan bimbingan Allah dalam menghindari
perbuatan keji dan mungkar? Mari kita hindari prasangka yang buruk terhadap
Allah, kita timbulkan rasa percaya bahwa hanya Allah lah yang mampu memberikan
hidayah dan bimbingan serta mencabut persoalan yang kita hadapi.
Pada bab penyucian jiwa, telah saya
sampaikan praktek berkomunikasi kepada Allah. saya mengharap anda telah
melakukannya dengan penuh hudhu’ dan ikhlas, sehingga anda juga akan dibukakan
rahmat dan hidayah-Nya. Amin…
Mari kita kembali mecoba
berkomunikasi kepada Allah seperti tercantum dalam bab sebelumnya.
Ketika Allah membuka Hidayah kedalam
” Hati ”
Hilangkan rasa takut tersesat
didalam menempuh jalan ruhani … bekal kita adalah tauhid, lambungkan jiwa
melayang menuju Allah … dekatkan dan berbisiklah dengan kemurnian hati … jangan
menghadap dengan konsentrasi pikiran, sebab anda akan mengalami pusing dan
tegang. Usahakanlah tubuh anda rileks dan pasrah … biarkan hati bergerak
menyebut Asma-Nya yang Maha Agung … Ajaklah perasaan dan fikiran untuk hadir
bersujud dihadapan-Nya.
Jangan hiraukan kebisingan diluar …
usahakan hati tetap teguh menyebut nama Allah berulang-ulang … sampai datang
ketenangan dan hening serta rasa dingin didalam kalbu … kalau anda mengalami
pusing dan penat … berarti cara berdzikirnya menggunakan kosentrasi didalam
fikiran, maka ulangi dengan cara berkomunikasi didalam jiwa/hati …
Mohonlah kepada Allah agar dibukakan
hati dan dimudahkan menempuh jalan menuju makrifat …
Biasanya … kalau kita mendapatkan
ketenangan dan kekhusyu’an didalam berkomunikasi dengan Allah … mula-mula hati
menjadi sangat terang … mudah sekali menangis terharu tatkala kita menyebut
Asma-Nya … kita tidak kuasa membendung air mata ketika shalat … membaca
AlQur’an dan melihat keagungan Allah yang lain … hati sering bergetar manakala
kita berhadapan dengan-Nya … badan turut berguncang dan berat dirasa seakan ada
yang mendorong untuk bersujud dan menangis … keihsanan dan tauhid kepada Allah
bertambah kuat. Keyakinan bertambah lekat, serta perubahan demi perubahan
didalam kalbu semakin terlihat. Perilaku kita akan dibimbing … perilaku hati
yang semula kaku dan cenderung kasar berubah dengan sendirinya ..menjadi lembut
… Yang semula shalat fikiran turut melayang-layang berubah dengan kekhusyu’an
dan terasa nikmatnya … dan seterusnya …
HAL INI TIDAK AKAN PERNAH TERJADI,
APABILA KITA HANYA MENJADIKAN ARTIKEL INI SEBAGAI REFERENSI ILMU YANG HANYA
UNTUK DIPERDEBATKAN, LALU DISIMPAN DALAM ALMARI …
by. Ustadz Abu Sangkan