PADA bulan puasa ini, kebersihan mulut perlu dijaga. Selain
mencegah penyakit, mengurangi bau tak sedap. Apalagi kalau pekerjaan
membersihkan gigi dan mulut itu diniatkan untuk ibadah. Selain memperoleh sehat
dan bersih, mendapat pahala.
SIWAK adalah sejenis kayu berasal dari Tanah Arab, yang
sering disebut kayu Irak. Menurut KH Irsyad dari Pesantren As Syafiiyah, kebiasaan
bersiwak pada umat Islam sebenarnya berawal dari keteladanan Nabi Muhammad.
Rasulullah SAW sellau menggunakan siwak, terutama ketika hendak shalat,
khotbah, dan sesudah makan. Oleh karena itu, menarik untuk dikaji dan
dipelajari, manfaat anjuran Rasulullah tersebut.
Begitu pentingnya memelihara kebersihan gigi, Rasulullah
ketika sakit pun tetap membersihkan gigi dengan siwak. Bahkan ketika Beliau
sudah tidak mampu untuk melakukannya sendiri –saat menjelang berpulang ke
Rahmatullah– Rasulullah meminta tolong pada Siti Aisyah untuk membersihkan
giginya dengan siwak. Nabi pernah pula bersabda yang berbunyi, “Seandainya
tidak khawatir akan memberatkan umat, niscaya saya wajibkan mereka untuk
bersiwak.”
Kiai Irsyad mengatakan, “Begitu penting memelihara kesehatan
gigi, bersiwak hukumnya sunnah yang diutamakan. Kalau demikian, tentu ada
rahasia di balik itu,” ujar pria yang sudah puluhan tahun memakai siwak ini,
tetapi belum mengetahui manfaatnya secara medis.
Benarkah siwak yang terbuat dari kayu asin dan berserabut itu bisa mencegah plak gigi? Irsyad selain bersiwak menggosok gigi dengan sikat plus pasta gigi. Siwak ia pakai ketika akan shalat atau ibadah lainnya. “Bagi saya, alasan utama memakai karena melihat keutamaan sunnah saja. Mengenai manfaatnya bagi kesehatan, saya belum punya informasi,” akunya.
Benarkah siwak yang terbuat dari kayu asin dan berserabut itu bisa mencegah plak gigi? Irsyad selain bersiwak menggosok gigi dengan sikat plus pasta gigi. Siwak ia pakai ketika akan shalat atau ibadah lainnya. “Bagi saya, alasan utama memakai karena melihat keutamaan sunnah saja. Mengenai manfaatnya bagi kesehatan, saya belum punya informasi,” akunya.
“Yang saya tahu dalam ajaran Nabi, orang yang selalu
bersiwak maka rohnua mudah keluar ketika meninggal. Orang itu tidak akan
kesakitan saat sakaratul maut,” kata ahli fikih tersebut.
Bagaimana penggunaan sikat dan pasta gigi? “Tidak masalah. Insya Allah sama-sama mendapat pahala, karena itupun merupakan upaya menjaga kesehatan dan kebersihan gigi, meski tidak menggunakan siwak. Apalagi kalau pekerjaan itu dilakukan dengan niat untuk ibadah. Selain memperoleh sehat dan bersih, mendapat pahala,” tandas Irsyad.
Bagaimana penggunaan sikat dan pasta gigi? “Tidak masalah. Insya Allah sama-sama mendapat pahala, karena itupun merupakan upaya menjaga kesehatan dan kebersihan gigi, meski tidak menggunakan siwak. Apalagi kalau pekerjaan itu dilakukan dengan niat untuk ibadah. Selain memperoleh sehat dan bersih, mendapat pahala,” tandas Irsyad.
Dalam menggunakan siwak, katanya, hendaknya tidak sekadar
bersiwak. Perhatikan kebersihannya. Kayu siwak harus sering dicuci, dikupas dan
diraut agar kebersihannya senantiasa terjaga. Kalau kayu siwak itu tidak
dibersihkan, maka kayu yang diduga punya manfaat sebagai antiseptik itu bisa
jutru menjadi sarang kuman.
Drg BM Bachtiar dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Indonesia mengatakan, berdasarkan fungsi mekanisnya, siwak sama dengan sikat
gigi. Siwak dapat berfungsi sebagai alat membersihkan gigi dari kotoran atau
plak.
“Mengapa siwak bermanfaat menghilangkan plak? Plak merupakan
kumpulan sisa makanan yang telah membusuk dan menempel pada gigi. Jika diteliti
lebih dalam, ternyata plak itu merupakan asrama kuman. Di sini siwak berperan
membersihkan sisa makanan, sekaligus mengandung zat khusus yang rasanya asin
tersebut,” paparnya.
Kuman-kuman dari makanan menempel pada gigi, dan menumpuk
sedikit demi sedikit. Berdasarkan penelitian, kuman itu akan menempel pada
bagian dalam tiga-empat jam. “Dianjurkan menyikat gigi secara teratur, untuk
mencegah penumpukan sisa makanan yang mengandung kuman berbagai jenis dan
ribuan jumlahnya itu.”
Plak ibarat sebuah rumah produksi, yang menghasilkan
beraneka produk. Di antaranya yang paling sering adalah asam. Kondisi ini
berdampak buruk bagi gigi, menyebabkan gigi berlubak sekaligus merusak jaringan
di sekitarnya.
Kuman-kuman paling sering dikaitkan dengan gigi berlubang,
dalam artian yang sangat menyukai suasana asam adalah streptokokus. Sedangkan
yang menyebabkan kerusakan jaringan antara lain aktinomises dan aktinobasilus.
Kuman itu akan melakukan aksinya untuk merusak gigi setelah berada di mulut
sekian jam lamanya.
Mula-mula, demikian Bachtiar, mungkin hanya ada satu
spesies, kemudian bertambah hingga ribuan. Semakin tebal plak semakin beragam
kumannya, dan tingkat keasamannya juga semakin tinggi.
Dilakukan Setiap Sebelum Shalat
DRG BM Bachtiar sangat paham mengapa bersiwak dianjurkan
dilakukan setiap kali sebelum shalat. Menurutnya, pada dasarnya plak memang
sulit dihindari karena proses terbentuknya begitu cepat. Karena itulah sangat
tepat anjuran yang mengatakan, menyikat gigi itu harus dilakukan beberapa kali
dalam sehari, untuk mencegah tertimbunnya plak pada gigi.
Jika dianalisis, lanjut Bachtiar, anjuran bersiwak pada
setiap akan shalat dapat dipahami. Frekuensi yang disarankan, katakanlah pada
shalat wajib, sudah tepat. Yaitu waktu Shalat Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya, dan
Subuh. Jika dibuat rata-rata, selang waktunya untuk bersiwak sekitar 4-5 jam.
Belum lagi ada shalat sunat Tahajjud, yang dilakukan pada waktu malam, atau
Dhuha di pagi hari, serta anjuran bersiwak setelah makan.
Ditegaskan Bachtiar, rasa asin yang terdapat pada kayu siwak
kemungkinan dapat menurunkan tingkat keasaman daerah mulut, bahkan mampu
mendekati netral. “Tingkat keasaman atau pH mulut yang baik yang mendekati
netral, yakni antra pH 6-7,” katanya.
Tujuan utama menyikat gigi yaitu mencegah, dan menghilangkan
plak pada gigi. Sedangkan bentuk sikat gigi dan teknik pemakaiannya, terserah
mana suka saja asal tidak menyebabkan persakan gusi dan gigi. Kejelekan dalam
menyikat gigi juga ada. Jika tidak tepat, misalnya terlalu kencang dalam
menyikatnya, dapat mengakibatkan gusi aus dan terbuka.
Memakai bulu sikat gigi yang keras sebetulnya boleh-boleh
saja, kalau dalam menyikatnya tidak terlalu keras dan cepat. Agar plak tidak
cepat menumpuk dan membuat pelapukan gigi, Bachtiar menyarankan:
1. Harus rajin dan teratur menggosok gigi, apakah memakai
pasta gigi atau tidak jangan dijadikan hambatan. Untuk praktisnya, paling tidak
dalam sehari melakukan tiga kali gogok gigi, yaitu setelah makan malam,
setwelah makan pagi dan setelah makan siang.
2. Untuk mencegah kerusakan jaringan, jangan terlalu kasar
dalam menyikat gigi, dan jangan menggunakan sikat yang terlalu keras.
3. Dari segi makanan dan kebiasaan makan, hindari makanan
yang manis-manis atau asam tertinggal terlalu lama di dalam mulut. Untuk itu,
segera berkumur atau menyikat gigi sehabis makan yang manis-manis.
Sejarah Penggunaan Siwak (Salvadora persica)
Penggunaan alat-alat kebersihan mulut telah dimulai semenjak
berabad-abad lalu. Manusia terdahulu menggunakan alat-alat kebersihan yang
bermacam-macam seiring dengan perkembangan sosial, teknologi dan budaya.
Beraneka ragam peralatan sederhana dipergunakan untuk membersihkan mulut mereka
dari sisa-sisa makanan, mulai dari tusuk gigi, batang kayu, ranting pohon,
kain, bulu burung, tulang hewan hingga duri landak. Diantara peralatan
tradisional yang mereka gunakan dalam membersihkan mulut dan gigi adalah kayu
siwak atau chewing stick. Kayu
ini walaupun tradisional, merupakan langkah pertama transisi/peralihan kepada
sikat gigi modern dan merupakan alat pembersih mulut terbaik hingga saat ini.
Miswak (Chewing
Stick) telah digunakan oleh orang Babilonia semenjak 7000 tahun yang
lalu, yang mana kemudian digunakan pula di zaman kerajaan Yunani dan Romawi,
oleh orang-orang Yahudi, Mesir dan masyarakat kerajaan Islam. Siwak memiliki
nama-nama lain di setiap komunitas, seperti misalnya di Timur Tengah disebut
dengan miswak, siwak atau arak, di Tanzania disebut miswak, dan di Pakistan dan India
disebut dengan datan atau
miswak. Penggunaan chewing stick (kayu kunyah) berasal
dari tanaman yang berbeda-beda pada setiap negeri. Di Timur Tengah, sumber
utama yang sering digunakan adalah pohon Arak (Salvadora persica), di Afrika Barat yang digunakan adalah
pohon limun (Citrus aurantifolia)
dan pohon jeruk (Citrus sinesis).
Akar tanaman Senna (Cassiva vinea)
digunakan oleh orang Amerika berkulit hitam, Laburnum Afrika (Cassia sieberianba) digunakan di
Sierre Leone serta Neem (Azadirachta
indica) digunakan secara meluas di benua India.
Meskipun siwak sebelumnya telah digunakan dalam berbagai
macam kultur dan budaya di seluruh dunia, namun pengaruh penyebaran agama Islam
dan penerapannya untuk membersihkan gigi yang paling berpengaruh. Istilah siwak
sendiri pada kenyatannya telah umum dipakai selama masa kenabian Nabi Muhammad
yang memulai misinya sekitar 543 M. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Seandainya tidak
memberatkan ummatku niscaya akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap
akan sholat (dalam riwayat lain : setiap akan berwudhu’).” Nabi memandang
kesehatan dan kebersihan mulut adalah penting, sehingga beliau senantiasa
menganjurkan pada isterinya untuk selalu menyiapkan siwak untuknya hingga akhir
hayatnya.
Siwak terus digunakan hampir di seluruh bagian Timur Tengah,
Pakistan, Nepal, India, Afrika dan Malaysia, khususnya di daerah pedalaman.
Sebagian besar mereka menggunakannya karena faktor religi, budaya dan sosial.
Ummat Islam di Timur Tengah dan sekitarnya menggunakan siwak minimal 5 kali
sehari disamping juga mereka menggunakan sikat gigi biasa. Penelitian yang
dilakukan oleh Erwin dan Lewis (1989) menyatakan bahwa pengguna siwak memiliki
relativitas yang rendah dijangkiti kerusakan dan penyakit gigi meskipun mereka
mengkonsumsi bahan makanan yang kaya akan karbohidrat.
Morfologi dan Habitat Tanaman Siwak
Siwak atau Miswak, merupakan bagian dari batang, akar atau
ranting tumbuhan Salvadora persica
yang kebanyakan tumbuh di daerah Timur Tengah, Asia dan Afrika. Siwak berbentuk
batang yang diambil dari akar dan ranting tanaman arak (Salvadora persica) yang berdiameter mulai dari 0,1 cm sampai 5
cm. Pohon arak adalah pohon yang kecil seperti belukar dengan batang yang
bercabang-cabang, berdiameter lebih dari 1 kaki. Jika kulitnya dikelupas
berwarna agak keputihan dan memiliki banyak juntaian serat. Akarnya berwarna
cokelat dan bagian dalamnya berwarna putih. Aromanya seperti seledri dan
rasanya agak pedas.
Siwak berfungsi mengikis dan membersihkan bagian dalam
mulut. Kata siwak sendiri berasal dari bahasa arab ‘yudlik’ yang artinya adalah memijat (massage). Siwak lebih dari
sekedar sikat gigi biasa, karena selain memiliki serat batang yang elastis dan
tidak merusak gigi walaupun di bawah tekanan yang keras, siwak juga memiliki
kandungan alami antimikrobial dan antidecay
system (sistem antipembusuk). Batang siwak yang berdiameter kecil,
memiliki kemampuan fleksibilitas yang tinggi untuk menekuk ke daerah mulut
secara tepat dan dapat mengikis plak pada gigi. Siwak juga aman dan sehat bagi
perkembangan gusi.
Kandungan Kimia Batang Kayu Siwak
Al-Lafi dan Ababneh (1995) melakukan penelitian terhadap
kayu siwak dan melaporkan bahwa siwak mengandung mineral-mineral alami yang
dapat membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri, mengikis plaque, mencegah gigi berlubang serta
memelihara gusi. Siwak memiliki kandungan kimiawi yang bermanfaat, meliputi :
- Antibacterial Acids, seperti astringents, abrasive dan detergent yang berfungsi untuk membunuh bakteri, mencegah infeksi, menghentikan pendarahan pada gusi. Penggunaan kayu siwak yang segar pertama kali, akan terasa agak pedas dan sedikit membakar, karena terdapat kandungan serupa mustard yang merupakan substansi antibacterial acid tersebut.
- Kandungan kimiawi seperti Klorida, Pottasium, Sodium Bicarbonate, Fluorida, Silika, Sulfur, Vitamin C, Trimetilamin, Salvadorin, Tannin dan beberapa mineral lainnya yang berfungsi untuk membersihkan gigi, memutihkan dan menyehatkan gigi dan gusi. Bahan-bahan ini sering diekstrak sebagai bahan penyusun pasta gigi.
- Minyak aroma alami yang memiliki rasa dan bau yang segar, yang dapat menyegarkan mulut dan menghilangkan bau tidak sedap.
- Enzim yang mencegah pembentukan plak yang merupakan penyebab radang gusi dan penyebab utama tanggalnya gigi secara prematur.
- Anti Decay Agent (Zat anti pembusukan) dan Antigermal System, yang bertindak seperti Penicilin menurunkan jumlah bakteri di mulut dan mencegah terjadinya proses pembusukan. Siwak juga turut merangsang produksi saliva, dimana saliva sendiri merupakan organik mulut yang melindungi dan membersihkan mulut.
Menurut laporan Lewis (1982), penelitian kimiawi terhadap
tanaman ini telah dilakukan semenjak abad ke-19, dan ditemukan sejumlah besar
klorida, fluor, trimetilamin dan resin. Kemudian dari hasil penelitian
Farooqi dan Srivastava (1990) ditemukan silika, sulfur dan vitamin C. Kandungan
kimia tersebut sangat bermanfaat bagi kesehatan gigi dan mulut dimana
trimetilamin dan vitamin C membantu penyembuhan dan perbaikan jaringan gusi.
Klorida bermanfaat untuk menghilangkan noda pada gigi, sedangkan silika dapat
bereaksi sebagai penggosok. Kemudian keberadaan sulfur dikenal dengan rasa
hangat dan baunya yang khas, adapun fluorida berguna bagi kesehatan gigi
sebagai pencegah terjadinya karies dengan memperkuat lapisan email dan
mengurangi larutnya terhadap asam yang dihasilkan oleh bakteri.
Siwak sebagai zat antibakterial
El-Mostehy dkk (1998) melaporkan bahwa tanaman siwak
mengandung zat-zat antibakterial. Darout et
al. (2000) Melaporkan bahwa antimikrobial dan efek pembersih pada miswak
telah ditunjukkan oleh variasi kandungan kimiawi yang dapat terdeteksi pada
ekstraknya. Efek ini dipercaya berhubungan dengan tingginya kandungan Sodium
Klorida dan Pottasium Klorida seperti salvadourea
dan salvadorine,
saponin, tannin, vitamin C, silika dan resin, juga cyanogenic glycoside dan benzylsothio-cyanate. Hal ini dilaporkan bahwa komponen anionik
alami terdapat pada spesies tanaman ini yang mengandung agen antimikrobial yang
melawan beberapa bakteri. Nitrat (NO3-) dilaporkan
mempengaruhi transportasi aktif porline pada Escherichia coli seperti juga pada aldosa dari E. coli dan Streptococcus faecalis. Nitrat juga mempengaruhi
transport aktif oksidasi fosforilasi dan pengambilan oksigen oleh Pseudomonas aeruginosa dan Stapyhylococcus aureus sehingga
terhambat.
Menurut hasil penelitian Gazi et al. (1987) ekstrak kasar batang kayu siwak pada pasta
gigi yang dijadikan cairan kumur, dikaji sifat-sifat antiplaknya dan efeknya
terhadap komposisi bakteri yang menyusun plak dan menyebabkan penurunan bakteri
gram negatif batang.
Penyusun (2005) di dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh
Ekstrak Serbuk Kayu Siwak (Salvadora
persica) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans Dan Staphylococcus
aureus Dengan Metode Difusi Lempeng Agar” menemukan bahwa ekstrak
serbuk kayu siwak bersifat antibakterial sedang terhadap bakteri S. mutans dan S. aureus.
Siwak sebagai “oral cleaner device”
(alat pembersih mulut)
Siwak sangat efektif sebagai alat pembersih mulut. Almas
(2002) meneliti perbandingan pengaruh antara ekstrak siwak dengan Chlorhexidine Gluconate (CHX) yang
sering digunakan sebagai cairan kumur (mouthwash) dan zat anti plak pada dentin
manusia dengan SEM (Scanning Electron
Microscopy). Almas melaporkan bahwa 50% ekstrak siwak dan CHX 0,2%
memiliki efek yang sama pada dentin manusia, namun ekstrak siwak lebih banyak
menghilangkan lapisan noda-noda (Smear
layer) pada dentin.
Sebuah penelitian tentang Periodontal Treatment (Perawatan gigi secara berkala) dengan
mengambil sampel terhadap 480 orang dewasa berusia 35-65 tahun di kota Makkah
dan Jeddah oleh para peneliti dari King Abdul Aziz University Jeddah,
menunjukkan bahwa Periodontal
Treatment untuk masyarakat Makkah dan Jeddah adalah lebih rendah
daripada treatment yang harus diberikan kepada masyarakat di negara lain, hal
ini mengindikasikan rendahnya kebutuhan masyarakat Makkah dan Jeddah terhadap Periodontal Treatment.
Penelitian lain dengan menjadikan serbuk (powder) siwak
sebagai bahan tambahan pada pasta gigi dibandingkan dengan penggunaan pasta
gigi tanpa campuran serbuk siwak menunjukkan bahwa prosentase hasil terbaik
bagi kesehatan gigi secara sempurna adalah dengan menggunakan pasta gigi dengan
butiran-butiran serbuk siwak, karena butiran-butiran serbuk siwak tersebut
mampu menjangkau sela-sela gigi secara sempurna dan mengeluarkan sisa-sisa
makanan yang masih bersarang pada sela-sela gigi. Hal ini yang mendorong
perusahaan-perusahaan pasta gigi di dunia menyertakan serbuk siwak ke dalam
produk pasta gigi mereka. WHO (World Health Organization) turut menjadikan
siwak sebagai salah satu komoditas kesehatan yang perlu dipelihara dan
dibudidayakan.