KH Abdullah Gymnastiar, akrab disapa
Aa Gym, mengajarkan sebuah konsep baru Syiar Islam. Manajemen Qalbu yang
menawarkan diri untuk mengajak orang memahami hati atau qalbu, diri sendiri,
agar mau dan mampu mengendalikan diri setelah memahami benar siapa dirinya sendiri.
Kiyai yang berbekal ilmu laduni itu disambut haru dengan tetesan air mata oleh
umat Muslim maupun Kristen di Palu, ketika ia dengan tulus mengunjungi daerah
yang diwarnai konflik itu.
Pada tablig akbar yang diikuti lebih
10 ribu jemaah –termasuk warga Kristiani — di Masjid Agung Darussalam Palu— AA
Gym, sapaan akrab KH Abdullah Gymnastiar, mengatakan jika buta mata hanya tidak
melihat dunia, tetapi jika hatinya yang buta tidak bisa lagi melihat kebenaran.
“Mereka inilah yang kacaukan bangsa ini,” tuturnya dengan lantunan lagu.
Setelah tablig akbar di Poso, Aa Gym juga berceramah (siraman rohani) di
hadapan komunitas kristiani di Tentena.
Kehadiran KH A Gymnastiar di Poso,
sangat menyejukkan bagi kedua kelompok bertikai di daerah itu. Diharapkan
suasana ini dapat mengugah kembali pengikut kedua agama terbesar di daerah itu
dapat hidup berdampingan secara damai di bawah payung Pancasila dan Bhinneka
Tunggal Ika.
Toleransi kehidupan antarumat
beragama di Poso tercabik-cabik akibat konflik yang hanya berawal dari
peristiwa remaja yang mabuk-mabukan, kemudian meluas hingga menjerumuskan umat
muslim dan kristiani ke dalam peritikaian yang mengenaskan.
Konflik itu mulai mereda setelah
Menko Kesra Yusuf Kalla memprakarsai pertemuan pemuka agama dan tokoh
masyarakat Poso di Kota kecil Malino, Sulawesi Selatan, yang kemudian
melahirkan Deklarasi Malino Damai untuk Poso.
Dalam beberapa kesempatan, pemimpin
Ponpes Daurut Tauhid Bandung itu mengemukakan perbedaan golongan dan agama
merupakan rahmat. “Nikmatilah perbedaan itu dengan mencari titik persamaannya,
yakni kita semua sama-sama bangsa Indonesia yang ingin maju”.
Menurutnya, penyebab terjadinya
kerusuhan di sejumlah daerah di Indonesia ini adalah karena rakyat Indonesia
masih suka menonjolkan golongannya dan menganggap golongan lain tidak benar.
Seharusnya, dengan adanya perbedaan tersebut justru bisa memperkuat dan
mempersatukan bangsa ini, dan tidak sebaliknya berpecah-belah saling
mempertahankan prinsip, padahal semua itu sama-sama bangsa Indonesia.
Untuk menikmati perbedaan tersebut,
Aa Gym mencontohkan bangunan beton, yang campurannya terdiri atas semen, besi,
batu krikil, dan air, tapi bisa berdiri dengan kokoh dan kuat, karena
bahan-bahan yang di dalamnya tidak saling menonjolkan diri. Demikian juga
bangsa ini bisa kokoh dan kuat serta tidak bisa diadu-domba dan ‘dijajah’ oleh
bangsa lain, jika kompak dan tidak suka menonjolkan diri.
Ulama kondang ini, tampil di acara
Sixty Minutes di TV NBC, AS, bulan November 2002. Media televisi di AS itu
tertarik menampilkan Aa Gym karena ia dinilai menghadirkan sebuah nuansa Islam
yang sejuk dan damai. Nuansa islami yang dinilai sangat berbeda dengan isu dan
pandangan AS tentang Islam selama ini. Beberapa waktu lalu, koran New York
Times dan majalah Time juga menyajikan profil Aa Gym, berikut
pandangan-pandangannya.
Manajemen Qalbu
Manajemen Qalbu
Aa Gym mengajarkan sebuah konsep
baru Syiar Islam yang menawarkan diri untuk mengajak orang memahami hati atau
qalbu, diri sendiri, agar mau dan mampu mengendalikan diri setelah memahami
benar siapa dirinya sendiri.
Menurutnya, orang sering lupa
terhadap diri sendiri. Bahkan, orang selalu menyalahkan orang lain jika terjadi
sesuatu pada dirinya. Sebaiknya setiap orang harus sadar, bahwa semua yang
terjadi dan bakal terjadi bermula dari dirinya sendiri. Jika ingin jadi baik,
tentu dia harus berbuat baik. Jadi, harus lebih dulu mengenali dan memahami
diri sendiri.
Dengan mengutip hadis Rasulullah SAW, iamengatakan, bahwa dalam diri manusia itu terdapat suatu organ. Kalau organ itu baik, baik jugalah seluruh manusia itu. Tetapi, kalau ia busuk, busuk pulalah seluruh manusia itu. Organ itu adalah hati
Menurutnya, hati adalah raja. Sehubungan dengan itu, dalam dakwahnya dia selalu menyampaikan arti penting manajemen qalbu (hati). Sebab, bila seseorang memiliki hati yang baik, maka akan baiklah perilakunya, yaitu perilaku yang dipenuhi rasa ikhlas dan jujur.
Kejujuran adalah modal dasar untuk membentuk jiwa yang tangguh, penuh dedikasi, dan disiplin dalam menjalankan kerja sehari-hari. Dan, disiplin adalah modal dasar untuk membentuk kader-kader unggul yang selalu haus prestasi. Langkah seperti itulah yang diterapkan dalam membina para santrinya.
Kini dia menjadi salah satu pendakwah paling digemari di Indonesia. Bahkan telah mulai melampaui popularitas KH Zainuddin MZ, terutama setelah dai sejuta umat itu menjadi politisi lalu bertikai dan mendirikan partai baru.
Popularitas Aa Gym memang sedang berkibar. Anak tertua dari empat bersaudara, yang dilahirkan di Bandung dengan nama Yan Gymnastiar, dari pasangan Letkol (Pur) Engkus Kuswara dan Hj Yeti Rohayati, itu kini kebanjiran undangan untuk berdakwah di berbagai kota di seluruh pelosok tanah air. Jadwalnya pun makin padat.
Dakwahnya tidak hanya disiarkan di
televisi, juga di berbagai radio seperti di Jakarta, Bandung, Semarang dan
Medan. Bahkan, banyak isi ceramahnya yang sudah dibukukan, dibuat VCD (video
compact disc), atau direkam di pita kaset. Kini, hampir setiap hari, menjelang
magrib, dia tampil di SCTV.
Sukses Aa Gym tak terlepas dari konsep barunya tentang syiar Islam. Dia menyiarkan Islam dengan format yang sangat sederhana, lugas dan renyah. Dai muda yang memulai karirnya pada 1990 itu kini menjadi pendakwah yang dikagumi hampir semua lapisan masyarakat. Mulai remaja, ibu rumah tangga, hingga para eksekutif perusahaan. Bahkan, BUMN seperti PT Telkom, Bank BNI, PT DI (Dirgantara Indonesia), dan PT KAI sering mengundang dia memberikan ceramah rohani.
Setiap dia tampil berdakwah, ribuan orang berduyun-duyun ingin mendengar. Pesantrennya di kawasan utara Bandung itu hampir setiap hari dipenuhi para santri yang ingin mengaji, beriktikaf, dan mentoring.
Kemunculan Aa Gym menjadi fenomena dakwah di tengah krisis multidimensional yang sedang melanda negeri ini. Bahkan, ajaran kesederhanaan hidup, kesahajaan, pembenahan hati dari dalam diri sendiri yang dia sampaikan menjadi kebutuhan santapan rohani sekaligus obat untuk kondisi masyarakat saat ini.
“Semua harus dimulai dari hati kita
sendiri,” katanya. Karena itu, dia selalu mewanti-wanti jangan sampai apa yang
disampaikan tidak tecermin dalam diri sendiri. Tak lupa, dia menyebut keluarga
adalah cermin dari sukses dakwah yang dia sampaikan. “Keluarga jadi lingkup
terkecil dari orang yang mendengar dakwah kita. Jangan sampai kita sukses
mengubah orang lain dengan dakwah itu, tetapi keluarga tidak. Keluarga menjadi
sangat penting bagi saya,” bebernya.
Suksesnya di bidang dakwah diikuti pula sukses di bidang pendidikan dan bisnis. Dia berhasil mengelola Yayasan Pesantren Darut Tauhid di Jalan Gegerkalong Girang No 38, Bandung. Pesantren yang dibangun di atas lahan seluas tiga hektar itu tergolong modern dan multifungsi. Ada bangunan masjid 1.000 meter persegi, ada cottage 24 kamar berkapasitas 80 orang (khusus bagi orang tua dan santri dari luar kota yang ikut pelatihan atau pesantren). Ada pula gedung serbaguna, kafetaria, serta swalayan mini yang megah dan elite. Ribuan santri belajar di sana.
Bidang usahanya antara lain, swalayan, warung telekomunikasi, penerbitan buku, tabloid, stasiun radio, pembuatan kaset, dan VCD. Omzetnya miliaran rupiah. “Bisnis ini dikelola dan juga jadi wahana para santri untuk mengaktualisasikan jiwa dan pendidikan wirausahanya. Bukankah Rasulullah menyuruh kita agar berada dalam tangan posisi di atas? Tak harus minta-minta. Ini akan berhasil jika kita mampu membangun jiwa entrepreneurship dalam diri kita sendiri,” ujarnya.
Sosok Aa Gym memang bisa menjadi suri teladan. Dia kyai yang masih muda, sederhana, namun bersahaja dan sukses di bidang usaha. Ia sosok teladan di tengah langkanya keteladanan pada masa kini.
Ketika tampil di depan para elite politik, pejabat negara, dan diplomat asing pada malam peringatan Nuzulul Quran di Masjid Istiqlal, dai muda yang menekankan kebersihan hati, manajemen qalbu sebagai trademark dakwahnya, itu mengatakan, “Rakyat lebih terpesona kepada pemimpin bersahaja. Pemimpin bangsa tak perlu pamer kemewahan. Melihat orang pakai mobil mewah dan punya rumah mentereng, kita jadi enek. Bukan tidak boleh. Tapi, itu bisa menimbulkan pertanyaan dari mana semua itu?”