Oleh
: Ustadz Abu Ahmad Said Yai, Lc.
Bertahun-tahun
sudah kita luangkan waktu kita untuk menuntut ilmu. Suka duka yang dirasakan
juga begitu banyak. Mengingat masa lalu terkadang membuat kita tersenyum,
tertawa dan terkadang membuat kita menangis. Inilah kehidupan yang harus kita
jalani. Kehidupan sebagai seorang thalibul’ilmi.
Akan
tetapi, mungkin kita sering melupakan, apakah ilmu yang kita dapatkan adalah
ilmu yang bermanfaat ataukah sebaliknya.
Penulis
teringat sebuah hadis yang diriwayatkan oleh seorang sahabat yang bernama Zaid
bin Arqam bahwa Rasulullah r pernah berkata,
(اللَّهُمَّ
إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ
نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا )
Artinya
: “Ya Allah. Sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari ilmu yang tidak
bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dari jiwa yang tidak pernah merasa
kenyang dan dari doa yang tidak dikabulkan.” (HR Muslim No. 6906 dan yang
lainnya dengan lafaz-lafaz yang mirip)
Rasulullah saja, yang dijamin oleh Allah untuk menjadi pemimpin Bani Adam di hari akhir
nanti, sangat sering mengulang doa-doa ini, apalagi kita, yang sangat banyak
berlumuran dosa, sudah seharusnya selalu membacanya.
Mengetahui
ciri-ciri ilmu yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat sangatlah penting.
Oleh karena itu, berikut ini penulis sebutkan beberapa ciri ilmu yang
bermanfaat dan yang tidak bermanfaat yang penulis ambil dari kitab Al-Hafiz
Ibnu Rajab Al-Hanbali yang berjudul Bayan Fadhli ‘ilmissalaf ‘ala
‘ilmilkhalaf.
Ciri-ciri
ilmu yang bermanfaat di dalam diri seseorang :
- Menghasilkan rasa takut dan cinta kepada Allah
- Menjadikan hati tunduk atau khusyuk kepada Allah dan merasa hina di hadapan-Nya dan selalu bersikap tawaduk
- Membuat jiwa selalu merasa cukup (qanaah) dengan hal-hal yang halal walaupun sedikit yang itu merupakan bagian dari dunia
- Menumbuhkan rasa zuhud terhadap dunia
- Senantiasa didengar doanya
- Ilmu itu senantiasa berada di hatinya
- Menganggap bahwa dirinya tidak memiliki sesuatu dan kedudukan
- Menjadikannya benci akan tazkiah dan pujian
- Selalu mengharapkan akhirat
- Menunjukkan kepadanya agar lari dan menjauhi dunia. Yang paling menggiurkan dari dunia adalah kepemimpinan, kemasyhuran dan pujian
- Tidak mengatakan bahwa dia itu memiliki ilmu dan tidak mengatakan bahwa orang lain itu bodoh, kecuali terhadap orang-orang yang menyelisihi sunnah dan ahlussunnah. Sesungguhnya dia mengatakan hal itu karena hak-hak Allah, bukan untuk kepentingan pribadinya.
- Berbaik sangka terhadap ulama-ulama salaf (terdahulu) dan berburuk sangka pada dirinya.
- Mengakui keutamaan-keutamaan orang-orang yang terdahulu di dalam ilmu dan merasa tidak bisa menyaingi martabat mereka
- Sedikit berbicara karena takut jika terjadi kesalahan dan tidak berbicara kecuali dengan ilmu. Sesungguhnhya, sedikitnya perkataan-perkataan yang dinukil dari orang-orang yang terdahulu bukanlah karena mereka tidak mampu untuk berbicara, tetapi karena mereka memiliki sifat wara’ dan takut pada Allah Taala
Adapun
ciri-ciri ilmu yang tidak bermanfaat di dalam diri seseorang :
- Ilmu yang diperoleh hanya di lisan bukan di hati
- Tidak menumbuhkan rasa takut pada Allah
- Tidak pernah kenyang dengan dunia bahkan semakin bertambah semangat dalam mengejarnya
- Tidak dikabulkan doanya
- Tidak menjauhkannya dari apa-apa yang membuat Allah murka
- Semakin menjadikannya sombong dan angkuh
- Mencari kedudukan yang tinggi di dunia dan berlomba-lomba untuk mencapainya
- Mencoba untuk menyaing-nyaingi para ulama dan suka berdebat dengan orang-orang bodoh
- Tidak menerima kebenaran dan sombong terhadap orang yang mengatakan kebenaran atau berpura-pura meluruskan kesalahan karena takut orang-orang lari darinya dan menampakkan sikap kembali kepada kebenaran
- Mengatakan orang lain bodoh, lalai dan lupa serta merasa bahwa dirinya selalu benar dengan apa-apa yang dimilikinya
- Selalu berburuk sangka terhadap orang-orang yang terdahulu
- Banyak bicara dan tidak bisa mengontrol kata-kata
Al-Hafiz
Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata,”Di saat sekarang ini, manusia boleh memilih
apakah dia itu rida untuk dikatakan sebagai seorang ulama di sisi Allah ataukah
dia itu tidak rida kecuali disebut sebagai seorang ulama oleh manusia di
masanya. Barang siapa yang merasa cukup dengan yang pertama, maka dia akan
merasa cukup dengan itu…Barang siapa yang tidak rida kecuali ingin disebut
sebagai seorang ulama di hadapan manusia, maka jatuhlah ia (di ancaman
Rasulullah r),
(من طلب العلم
ليباهي به العلماء أو يماري به السفهاء أو يصرف وجوه الناس إليه فليتبوأ مقعده من
النار)
Artinya
: “Barang siapa yang menuntut ilmu untuk menyaing-nyaingi para ulama, mendebat
orang-orang bodoh atau memalingkan wajah-wajah manusia kepadanya, maka dia itu
telah mempersiapkan tempat duduknya dari neraka.”