Datanglah seseorang utusan kepada
Ummu Salamah ra (salah seorang di antara istri RasuluLLAH SAW, namanya Hind binti
Suhailin) yang mengkabarkan bahwa salah seorang sahaya wanitanya telah
melahirkan seorang putra, maka bayi itu ditimang dan didoakan oleh wanita
yang mulia tersebut dan diberi nama al-Hasan. Kelahiran anak tersebut juga
menjadi kegembiraan bagi keluarga seorang sahabat terkemuka yang lain yaitu
Zaid bin Tsabbit ra (salah seorang diantara 7 orang ahli Qur’an dan penulis
mushaf al-Qur’an di zaman Nabi SAW, Abubakar ra dan Umar ra), karena ayah
dari bayi itu adalah bekas hamba sahayanya.
Ummu Salamah ra adalah seorang
wanita yang sangat taqwa kepada ALLAH SWT, ia meriwayatkan 387 hadits dari
suaminya penghulu para nabi SAW, ia wanita yang cerdas dan juga pandai
baca-tulis. Sehingga bayi itu hidup dan dibesarkan dalam pangkuan keluarga
yang harum semerbak dengan suasana keluarga nabi SAW (walaupun saat itu nabi
SAW telah wafat). Ketika besar kelak ia tinggal di Bashrah (sekarang di
wilayah Iraq), sehingga ia digelari al-Hasan al-Bashri.
Selama hidupnya al-Hasan banyak
belajar dari Utsman ra, Ali ra, Ibnu Abbas ra, Abu Musa al-Asy’ari ra, Ibnu
Umar ra, dll. Diantara mereka semua ia sangat dekat dengan Amirul Mu’minin
Ali ra, ia mewarisi ibadah-ibadah dan berbagai ilmu seperti fashahah dan
balaghah. Setelah usia 14 tahun ia pindah ke Bashrah bersama keluarganya.
Saat di Bashrah, Hasan sering mengikuti kuliah-kuliah Ibnu Abbas ra dan ia
mempelajari semua ilmunya seperti tafsir, hadits, qira’at al-Qur’an, fiqh,
lughah, adab, dll.
Ia dikenal konsisten, lugas dan
berani. Khalid bin Maslamah berkata tentangnya : “Ia adalah orang yang
perbuatannya selalu sama dengan niatnya, jika ia menyatakan sesuatu yang
ma’ruf maka ialah yang pertama melakukannya dan jika ia menyerukan yang
munkar maka ialah yang pertama meninggalkannya.” Ketika al-Hajjaj, penguasa
yang kejam di Bashrah ketika itu berbuat sewenang-wenang, maka hanya Hasan
yang berani mengingatkannya dengan terang-terangan.
Saat itu Hajjaj membangun rumah
yang indah antara Kufah dan Bashrah, lalu ia mengundang rakyatnya untuk
mendoakannya, Hasan datang dan ketika diminta bicara ia berkata : “Kita telah
menyaksikan disini sebuah rumah yang didirikan oleh orang yang terburuk di
zaman kita ini, sungguh Fir’aun dulupun telah membangun bangunan yang lebih
besar dari ini tapi kemudian ia dibinasakan oleh ALLAH SWT. Semoga Hajjaj
mengetahui bahwa ahlus-sama’ (penduduk langit) telah mengutuknya atas
perbuatannya ini dan ahlul-ardh (penduduk bumi) telah menipunya dengan
meridhai perbuatannya ini!…” Sampai orang-orang berkata : “Hasbuk, hasbuka ya
aba Sa’id..” (Cukup, cukup wahai abu Sa’id…)
Maka Hasan menukas dengan tajam :
“Demi ALLAH, ALLAH SWT telah mengambil janji dari kami ahli ilmu untuk
menyampaikan kebenaran dan tidak menyembunyikannya!” Maka berteriaklah Hajjaj
dengan gusarnya : “Demi ALLAH! Akan aku minumkan darahnya pada kalian wahai
penduduk Bashrah!” Maka dipanggillah 100 orang algojo dengan pedang terhunus
dan Hasan diminta maju melewati mereka semua, tapi Hasan berjalan melewati
semua pedang itu dengan sama sekali tidak bergeming, dengan ‘izzah seorang
mu’min dan tsabat (ketegaran) seorang ulama yang shadiq (benar).
Tiba-tiba Hajjaj merasa gentar,
sehingga didudukkannya Hasan di singgasananya, lalu ia berkata :
“INNAKA ANTA SAYYIDIL ‘ULAMA YA
ABA SA’ID!”
(Sungguh engkau ini adalah pemimpinnya para ulama wahai abu Sa’id),
maka diberinya ia minyak wangi dan ia meminta nasihatnya, maka berkatalah
al-Hasan :
“Takutlah engkau pada ALLAH wahai
Ibnu Hubairah dan janganlah kau takut pada Yazid bin Abdul Malik (khalifah
kaum muslimin ketika itu).
Ingatlah, bahwa ALLAH dapat berbuat
kepada Yazid, tapi Yazid sama sekali tidak dapat berbuat kepada ALLAH. Aku
takut bahwa ALLAH akan memindahkanmu dari gemerlapnya istanamu ini ke
gelapnya kuburanmu nanti, dan disana kau hanya ditemani oleh amalmu dan
RABB-nya Yazid, sungguh tidak ada ketaatan kepada makhluq jika ia tidak taat
kepd ALLAH.” Sehingga Hajjaj menangis terisak-isak sampai basah janggutnya.
Ia sering menasihati orang-orang
dengan kata-katanya : “Hati-hatilah kalian, dunia ini awalnya fana’ dan
kesusahan dan akan berakhir dengan fana’ dan kesusahan pula, ingatlah bahwa
dunia ini halalnya akan menjadi hisab dan haramnya akan menjadi azab.”
Ketika
akan wafatnya Hasan berkata :
“Dimanakan tetangga yang telah
meminta bantuanmu, dimanakah keluarga yang selama ini bersamamu, dimanakah
teman yang selama ini mendekatimu. Sungguh diri kita ini adalah angka, setiap
terbit matahari maka berkuranglah angkamu dan juga sebagian dari dirimu.”
Hasan wafat di usia 80 tahun pada
hari Jum’at di Bashrah, dan ribuan orang datang melayat, sehingga baru
terjadi dalam sejarah Islam ketika itu shalat Ashar menjadi tertunda di
Bashrah karena ramainya orang yang ikut mengantar jenazah dan menguburkan
jasad al-Hasan al-Bashri…
|