Berkata Imam al-Haramain :
“Tidak
kutemui orang yang paling alim diantara orang yang alim, kecuali 3 orang :
‘Atha, Thawus dan Mujahid..”
Kalau kita menerawang jauh ke empat
belas abad yang lampau, maka akan nampak oleh kita sebuah majlis ta’lim di
Makkah yang selalu dihadiri oleh ribuan orang, diantara mereka ada para
sahabat-sahabat nabi SAW dan juga para tabi’in, sang penceramah adalah seorang
tua yang sederhana namun kharismatik, dialah AbduLLAH bin Abbas ra (Ibnu Abbas)
salah seorang diantara para tokoh ulama sahabat, dan dia pula yang didoakan
oleh RasuluLLAH SAW dengan doanya yang khusus:
“ALLAHUMMA FAQQIHHU FIDDIN WA
‘ALLIMHU TA’WIL”
(Ya ALLAH dalamkanlah pengetahuannya dalam agama dan ajarilah
ia ta’wil Qur’an…)
Ibnu Abbas ra memiliki seorang budak
hitam yang kurus, demikian hitamnya kulit budak ini sehingga jika ia berdiri
bagaikan seekor burung gagak hitam (ghurabil-aswad) yang menakutkan. Namun
hitamnya kulit tidak membuatnya merasa rendah, karena Islam telah membebaskan
manusia dari perbudakan manusia atas manusia menjadi perbudakan manusia hanya
oleh dan untuk ALLAH SWT saja.
Hanya Islam sajalah peradaban yang mampu
menempatkan seorang budak hitam Afrika bernama Bilal al Habasyi, budak bangsa
Persia Salman al Farisi, dan budak dari Rumawi Shuhaib bin Sinan ar Rumi
sederajat dan bahkan lebih tinggi dari para pemuka Quraisy seperti Abu Sufyan
bin Harb.
Selama hidupnya ‘Atha membagi
waktunya untuk 2 hal : Pertama, khusus untuk Tuhannya dengan melakukan ibadah
yang terbaik, terikhlas dan semurni-murninya; sehingga setiap malam ia sedikit
sekali tidur karena melakukan qiyam, zikir dan doa. Kedua, untuk menuntut ilmu
kepada para ulama, tercatat diantara nama guru-gurunya yaitu para shahabat
besar seperti Ibnu Abbas ra, Ibnu Umar ra, Abu Hurairah ra, Ibnu Zubair ra,
dll. Ia selalu berkata :
“Orang sebelum kalian membenci omong-kosong, yaitu segala
sesuatu selain al-Qur’an yang dibaca dan dipelajari, atau Hadits yang
diriwayatkan dan diamalkan, atau amar ma’ruf dan nahi munkar, atau ilmu untuk
mendekatkan diri kepada ALLAH, atau bekerja mencari nafkahmu. Bacalah oleh
kalian kalau mau : Dan orang-orang yang menjauhi perkataan yang tidak
bermanfaat
(QS al-Mu’minun, 23:3).”
Dibandingkan dengan manusia lainnya,
‘Atha adalah termasuk manusia pilihan yang sangat jarang orang yang mampu
berdisiplin sepertinya. Ia mendisiplin dirinya sehingga selama hidupnya tidak
pernah sekalipun melakukan hal yang tidak bermanfaat sebagaimana yang dilakukan
oleh pemuda-pemuda kebanyakan, dan selama hidupnya ia tidak pernah ngobrol dan
bercanda. Pernah dalam suatu perjalanan ia melihat sebuah kota yang telah
ditinggalkan penghuninya, lalu ia berfikir : Kapan kota ini didirikan? Kemudian
ia menyesali diri karena memikirkan sesuatu yang tidak bermanfaat dan karenanya
ia menghukum dirinya untuk berpuasa selang-sehari selama setahun penuh.
Waktunya seumur hidupnya selalu dihabiskan untuk belajar, berfikir dan
beribadah, ia sangat serius dalam hidupnya dan agar ia tidak terganggu maka
selama 20 tahun ia hanya tinggal di dalam masjidil Haram.
Pernah suatu hari ia ditegur oleh
orang-orang tentang keseriusannya yang dianggap berlebihan oleh mereka, maka ia
menjawab : “Aku bersaksi bahwa aku sangat percaya pada adanya malaikat yang
mulia lagi mencatat seluruh amalku, lalu tidak malukah jika nanti diumumkan di
depan orang-orang di hari Kiamat nanti lalu banyak ditemukan hal-hal yang bukan
ibadah kepada-NYA?!” Karena disiplin dan keseriusannya yang luar biasa dalam
belajar inilah ia mencapai derajat tertinggi dikalangan para ulama, sehingga
banyak orang yang mengambil manfaat dari keluasan ilmunya. Salah satu
contohnya,
Imam Abu Hanifah suatu kali pernah bercerita :
“Aku pernah salah
dalam 5 fiqh Manasik (Hajji) dan aku diingatkan oleh seorang tukang cukur!
Yaitu ketika aku duduk untuk tahallul (bercukur setelah selesai hajji) aku
bertanya pada tukang cukur itu berapa ongkos cukurnya? Maka ia menjawab bagi
orang yang hajji tidak ditetapkan ongkos, maka aku merasa sangat malu dan
berfikir siapa tukang cukur ini, lalu aku duduk, maka kata tukang cukur itu :
Hendaklah anda menghadap qiblat, maka aku menjadi semakin malu, lalu aku
langsung berikan kepalaku untuk dicukur, lalu ia berkata lagi : Hendaknya yang
kanan dulu, lalu kuberikan yang sebelah kanan sambil terus berfikir, lalu ia
berkata lagi : Perbanyaklah takbir! Maka akupun bertakbir lalu ketika selesai
segera kusodorkan uang dan ingin terus berlalu, lau ia berkata lagi : Jangan
lupa shalat 2 raka’at. Maka dengan penasaran kutanya darimana dia tahu tentang
semua hukum fiqh tersebut? Maka jawabnya : Dulu aku pernah mencukur ‘Atha bin
Abi Ribah dan kupelajari semua yang diperbuatnya ketika itu dan kuamalkan.”
Dan selama hidupnya tidak ada orang
yang berani berfatwa di masjidil Haram karena hormat akan kedalaman dan
keluasan ilmu agama yang dimilikinya, sehingga ia dijuluki SAYYIDUL FUQAHA AL
HIJAZ (Pemimpin para ahli Fiqh di Makkah dan Madinah…)
Semua orang sangat
hormat pada dirinya bahkan ia lebih dihormati dari Khalifah sendiri, kendatipun
demikian ‘Atha adalah seorang yang sangat tawadhu’ (rendah hati) dan ia sangat
membenci kesombongan dan orang yang sombong, selama hidupnya ia hanya memakai
pakaian yang termurah (5 dirham saja). Pernah suatu hari Khalifah Sulaiman bin
Abdul Malik datang dan melakukan hajji dan ketika Thawaf di Baitul Haram
orang-orang berusaha minggir menghormatinya, maka ‘Atha marah dan berkata :
DA’HU YATA’ALLAMA BI MAWQIF ALLADZI TAQTULU KIBRIYA’UHU!
(Biarkan ia disakiti
dengan kondisi yang dapat membunuh kesombongannya…)
Maka setelah itu khalifah
memanggilnya untuk bertanya tentang beberapa hukum agama, maka ia berkata
kepada utusan khalifah tersebut : AL ‘ILMU YU’TA ‘ALAIHI WALAM YA’TI! (Ilmu itu
didatangi dan bukan mendatangi…), maka khalifahpun datang kepadanya dan meminta
nasihat, maka kata ‘Atha : “Takutlah pada ALLAH wahai Amirul Mu’minin, ingatlah
bahwa engkau diciptakan sendiri, dilahirkan sendiri, dimatikan sendiri,
dibangkitkan sendiri dan akan dihisab sendiri pula, maka tak ada yang dapat
membantumu untuk dunia dan akhiratmu kecuali ALLAH SWT.” Maka khalifah menangis
mendengar taushiyyah (nasihat) tersebut dan memberinya hadiah dari emas dan
perak, tapi ditolak dengan halus oleh ‘Atha sambil berkata : “Katakanlah : Kami
tidak menginginkan balasan dari kalian dan tidak pula ucapan terimakasih,
karena sesungguhnya kami takut akan suatu hari dimana manusia saat itu gelap
wajah-wajahnya (ayat)..”
Ketika wafatnya, ribuan orang
menshalatkan sampai-sampai di masjidil Haram dilaksanakan shalat janazah
berkali-kali karena banyaknya yang ingin menshalatkan. Dan ketika mereka
mengangkat jenazahnya, maka mereka semua terheran-heran karena mayatnya sangat
ringan seperti bulu, sebab tidak sedikitpun membawa keduniaan serta dipenuhi
oleh berbagai bekal untuk akhirat yang banyak