Oleh: Tanzilul Furqan (Eks
Mahasiswa Ma’had Ali Al-Imam Asy-Syafii Jember)
Para
pembaca yang dirahmati Alloh pada edisi kali ini akan dibahas topik yang
berkaitan erat dengan shalat berjama’ah, yaitu merapatkan dan meluruskan shaf
shalat.
Mengapa
permasalahan ini dibahas?
Ada
beberapa alasan mengupas masalah ini, di antaranya :
A.
Asingnya syariat yang agung ini.
Fakta
nyata di masyarakat kita sekarang budaya merenggangkan shaf , mereka tidak
berdiri kecuali di atas sajadahnya masing-masing, merasa risih dan aneh bila
saudaranya menempelkan kakinya. Tidak sedikit menimbulkan kesalahpahaman yang
mengarah kepada kebencian dan tindakan kekerasan bahkan pernah diceritakan di
suatu daerah terjadi pemukulan terhadap seseorang yang menempelkan kakinya pada
kaki saudaranya yang berdiri di sebelahnya dalam shalat karena dianggap banci,
ya Subhanallah!!! Kita mengadu kepada Alloh dari keterasingan melaksanakan
syari’at yang mulia ini.. Al-Allamah Shiddiq Hasan Khan menuturkan apa yang
terjadi di zamannya. Beliau berkata, “Sunnah yang shahih dan jelas ini pada
zaman sekarang bahkan sejak masa yang lalu telah terabaikan, seakan seperti
syari’at yang telah dihapus, sehingga hampir tidak dijumpai dalam shalat atau
masjid Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” (As-Siraj Wahhaj 2/292)
B.
Membendung salah kaprah sejak dini.
Bila
kekeliruan ini tidak diluruskan, akan dianggap sebagai suatu tuntunan
yang ditiru oleh anak-anak kita dan orang-orang awam dari generasi ke generasi.
C.
Mulia dengan sunnah.
Islam
itu indah dan mulia, semakin dikenal dan diterapkan ajarannya akan semakin
tampak keindahannya, Islam adalah sunnah dan sunnah adalah Islam. Umat Islam
akan memiliki izzah dan percaya diri bila berada di atas sunnah..
Amirul Mu’minin Umar bin Khattab mengungkapkan rasa bangganya,“Kami orang
yang rendah lagi hina – tanpa Islam, lantas Alloh memuliakan kami dengan Islam.
Maka jika kami mencari kemuliaan kepada selain Islam pasti Alloh akan
merendahkan kami”
( lihat Tabsiratul Anam bi Al-Huquq fi Al-Islam-
Shaleh bin Thaha Abdul wahid hal 207).
Shaf
Para Malaikat
*Alloh berfirman,”Dan sesungguhnya kami (para malaikat) benar-benar
bershaf-shaf.” (As-Shaffat : 165).
Berkata
Qatadah,” Para malaikat bershaf-shaf di langit.” (Tafsir Ibnu Katsir
: 7/ 5).
Bagaimana
Malaikat bershaf ?.Jabir bin Samurah menuturkan pada suatu hari Rasulullah
pernah keluar kepada kami seraya berkata, “Apakah kalian tidak ingin bershaf
seperti shafnya para malaikat di sisi Rabb mereka?” Kami bertanya, “Ya,
Rasulullah lantas bagaimana sifat shaf para malaikat di sisi Rabb mereka?”
Beliau menjawab. “Mereka menyempurnakan shaf yang pertama dan rapat di dalam
shaf .”
(HR.Muslim hadits no,430. lihat juga Abu Dawud (661), An-Nasa’i
(815), Ibnu Majah (992), dan Imam Ahmad di dalam musnadnya juz 2 / 95).
Shaf
Shalat Ciri Keistimewaan Umat Islam
Saudaraku
rahimakumullah, ketahuilah bahwa shaf dalam shalat merupakan kekhususan yang
Alloh anugerahkan kepada umat ini, karena dengan demikian mereka menyerupai
shaf para malaikat di langit.
*
Dari Khudzaifah Ia berkata bahwa telah bersabda Rasulullah,“Kita
diistimewakan dari umat lainnya dengan tiga perkara : Shaf kita dijadikan
bagaikan shaf malaikat …” (Di keluarkan Imam Muslim di dalam kitab
shahihnya, kitab Al-Imamah, juz 2, hal 43. Albani membawakan di dalam Shahih
An-Nasa’i juz 1 hal 178 beliau berkata shahih).
*
Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Jarir meriwayatkan dari Abu Nadhrah, ia berkata,”Adalah
Umar apabila telah dikumandangkan iqomat, maka beliau menghadap manusia seraya
berkata,”Rapat dan luruskan shaf-shaf kalian!. Sesungguhnya Allah menginginkan
agar kalian meniru sifat shafnya malaikat, sambil membaca ayat, “Dan
sesungguhnya kami benar-benar bershaf-shaf”. Mundurlah wahai fulan dan majulah
wahai fulan”. Kemudian beliau maju bertakbir.” (lihat Tafsir Ibnu Katsir
juz 7, hal 43).
Perintah
Merapikan Shaf
Banyak
sekali hadits yang menunjukkan perintah menegakkan sunnah ini, di antaranya :
*
Dari Anas Rasulullah bersabda, “Rapatkanlah shaf kalian, mendekatlah antara
sesama dan sejajarkanlah bahu-bahu. Demi Allah yang jiwaku berada di tangannya,
sesungguhnya saya melihat setan masuk dari sela-sela shaf seperti kambing hitam
kecil.” (HR. Abu Dawud no 667, dishahihkan syaikh Al-Bani di dalam Shahih
Abu Daud 3 / 245)
*
Dari Anas ia berkata telah bersabda Rasulullah , “Rapikanlah (lurus dan
rapat) shaf kalian, sesungguhnya rapinya shaf termasuk menegakkan shalat.”
(Bukhari : 723).
*
Dari Ibnu Mas’ud, ia berkata Rasulullah bersabda, “Rapikanlah shaf dan
janganlah berselisih karena itu akan menyebabkan perselisihan hati kalian.”(HR
Muslim no. 432)
*
Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah bersabda,”Rapikanlah shaf
sejajarkanlah antara bahu, penuhi yang masih kosong (longgar), bersikap
lunaklah terhadap saudara kalian, dan janganlah kalian biarkan kelonggaran
untuk setan. Barang siapa yang menyambung shaf maka Alloh akan
menyambungnya, dan barang siapa yang memutus shaf maka Alloh akan
memutuskannya.”
(HR Abu Dawud no. 666 dan di shahihkan oleh Albani dalam Shahih
Abu Dawud 3/243).
Berdasarkan
beberapa hadits tersebut, dapat dipahami betapa pentingnya permasalahan ini.
Bagaimana tidak, Rasulullah telah menjelaskan dan menekankan dengan
lafadz yang berbeda-beda. Apakah seorang muslim yang jujur dan mengetahui
perintah tersebut masih meremehkannya ? Dimanakah nurani umat Islam di dalam
mengungkapkan perasaan cintanya kepada Rasulullah? Semoga Alloh
melapangkan kita semua untuk mampu mengikuti sunnah Rasulullah .
Ancaman
kepada Orang yang Tidak Memperhatikan Shaf
Saudaraku,
semoga Alloh memberi taufiq kepadaku dan kepadamu Tidak hanya berhenti sampai
di situ bahkan Rasulullah mengancam dengan ancaman yang sangat keras.
Rasulullah
bersabda,”Sungguh kalian mau merapikan shaf, atau kalau tidak maka Alloh
akan menjadikan perselisihan di antara kalian.” (HR Bukhori no. 717 dan
Muslim no. 436)
Imam
ash-Shon’ani berkata dalam Subulus Salam 3/84 setelah membawakan
beberapa hadits dalam masalah ini,” Hadits-hadits di atas dan ancaman yang
terkandung di dalamnya menunjukkan wajibnya merapikan shaf, tetapi sayang
masalah ini banyak diremehkan orang.”
Faedah
Al
Imam Ibnu Katsir asy-Syafi’i ketika menerangkan firman Alloh surat Ash
Shaf : 4, ”Seakan mereka bagaikan bangunan yang tersusun kokoh .” Beliau
menukil perkataan Qotadah,”Tidakkah kalian memperhatikan kepada pemilik
bangunan betapa ia tidak ingin bangunannya tidak selaras ? Maka demikian
pula Alloh senang bila perintahnya selaras. Sesungguhnya Alloh
membariskan (membentuk shaf) orang-orang mukmin ketika mereka berperang dan
ketika shalat,. Maka kalian wajib berpegang kepada perintah Alloh karena
sesungguhnya yang demikian itu adalah ismah (jaminan terjaga dari kesalahan)
bagi siapa saja yang mau mengambilnya”. (Riwayat ini dibawakan oleh Ibnu
Abi Hatim, lihat Tafsir Ibnu Katsir juz 8 hal 81).
Cara
Merapikan Shaf
Sesungguhnya
para sahabat adalah orang yang paling paham dan paling tahu tentang maksud
merapikan shaf .
Anas
bin Malik menuturkan bahwa Rasulullah bersabda,”Rapikanlah shaf-shaf kalian
karena sesungguhnya saya dapat melihat kalian dari belakang punggungku. Dan
seorang di antara kami merapatkan pundaknya dengan pundak temannya, dan kakinya
dengan kaki temannya.” (HR Bukhori 725)
Al
Hafidz Ibnu Hajar Al Asqolani Asy Syafi’i berkata dalam Fathul Barri
2/247,”Keterangan ini menunjukkan bahwa perbuatan tersebut dipraktikkan pada
zaman Nabi. Dengan demikian maka hadits ini dapat dijadikan hujjah untuk
menerangkan maksud dari merapikan shaf dan sifatnya”..
Dalam
riwayat lain ada tambahan ucapan Anas bin Malik,”Seandainya engkau
praktikkan hal itu pada saat ini niscaya engkau akan mendapati seorang dari
mereka bagaikan keledai kepanasan.” (lihat Silsilah Al-Ahadits ash
Shahihah hal 31).
Demikianlah
fakta yang terpampang di masyarakat kita. Apa yang beliau sabdakan benar-benar
terjadi dan ini merupakan tanda di antara tanda-tanda kenabian beliau.
Beberapa
Peringatan Penting Seputar Shaf
- Shalat di antara tiang
Abdul
Hamid bin Mahmud berkata,”Saya pernah shalat bersama Anas bin Malik, lalu kami
terdesak ke tiang, maka kami pun maju dan mundur.” Anas berkata, “Kami
dahulu menghindari ini pada zaman Nabi.” (HR. Abu Dawud, Nasa’i, Tirmizi,
Ibnu Hibban, dengan sanad shahih, lihat As-Shahihah 1/656).
- Menarik orang untuk bershaf bersamanya.
Semua
hadits tentangnya tidak ada yang shahih, yang benar ia bergabung dengan shaf
bila memungkinkan, kalau tidak memungkinkan maka ia shalat sendiri di belakang
shaf dan shalatnya shah. (lihat Ad-Dha’ifah 2/322 oleh Al Bani).
Dampak
negatif penarikan tersebut di antaranya :
- Memundurkan seseorang dari tempat yang afdhal
- Menimbulkan kelonggaran dalam shaf padahal diperintah menutupnya
- Mengganggu konsentrasi (kekhusu’an)
- Beribadah tanpa dasar/dalil yang shahih.
(
Lihat Taudhihul Ahkam 2 / 509 oleh Syaikh Alu Bassam ).
Posisi imam bila makmum hanya
seorang
Termasuk
kesalahan jika makmum hanya satu yaitu imam maju sedikit, yang benar posisinya
sejajar sebagaimana yang dilakukan Ibnu Abbas ketika shalat bersama Rasulullah.
Imam Bukhari membuat bab hadist tersebut.”Bab apabila hanya imam dan makmum,
maka makmum berdiri di sebelah kanan imam sejajar.” Tidak maju dan tidak mundur
. Lihat penjelasan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 2/223.
Ahlul fadhli yang berhak di
shaf paling depan dekat Imam.
Rasulullah
bersabda, “Hendaklah yang mengiringi di belakangku di antara kalian adalah
orang yang utama dan cerdik cendekia kemudian berikutnya kemudian berikutnya
…” (HR. Muslim no, 432).
Imam
Nawawi Asy Syafi’I menerangkan “Di dalam hadits ini, mendahulukan orang yang
paling utama posisinya dekat Imam, karena ia lebih utama dihormati,
barang kali imam membutuhkannya sebagai pengganti, mengingatkan imam ketika
lupa yang tidak bisa dilakukan oleh selainnya, dan agar supaya mereka paham
sifat shalat, memelihara, memberitahu, dan mengajarkannya kepada manusia, agar
supaya orang-orang yang di belakangnya meneladaninya, maka ia lebih patut
didahulukan. (Sharah Shahih Muslim-Imam Nawawi dari hadist no.432 ).
Penutup
Sebagai
penutup penulis bawakan himbauan dan nasehat ahli hadits abad ini As-Syaikh
Muhammad Nasiruddin Al-Bani kepada kaum muslimin khususnya para imam masjid.
“Sesungguhnya saya menghimbau kepada kaum muslimin khususnya para imam masjid
yang berupaya mengikuti jejak Nabi dan mengharapkan pahala menghidupkan
sunnahnya agar mengamalkan sunnah yang mulia ini dengan penuh usaha dan menyeru
manusia untuk melaksanakannya, sehingga mereka selamat dari ancaman (Silsilah
Ahadits As-Shahihah 1/73 ).